HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN JEPANG)
Makalah
“HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN
JEPANG)”
“Untuk memenuhi syarat dalam
mengikuti mata kuliah Historiografi Sejarah,
Yang diampuh oleh Bapak Helman
Manay S.Pd, M.Hum”
OLEH:
KELOMPOK I
Rezki Desmita
Nur Ivansyah Adam
Nyoman Yasa
Andri Yusuf Gani
Farlina Ridwan
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah Asia Timur secara geopolitik
terdapat 8 negara yang memiliki kebudayaan berbeda-beda. Asia Timur telah
melewati perjalanan yang amat panjang, yang telah dibagi dalam beberapa
periodesasi, mulai dari zaman prasejarah, zaman klasik, hingga zaman modern.
Periodesasi sangat penting dalam historiografi karena merupakan tubuh carita
sejarah. Untuk Asia Timur sendiri khususnya Cina dan Jepang akan dibahas
mengenai penulisan sejarah berdasarkan periodesasi tadi, dalam sejarah Cina
terdapat Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa. Seperti dinasti Chou, Dinasti
Ch’in, dan Dinasti Han. Kemudian Jepang, yang dikenal dengan sistem kekaisaran
serta rupanya banyak terdapat pengaruh dari luar, kebudayaan yang banyak
berpengaruh di negara Jepang ialah kebudayaan Cina. Khususnya pengaruh dalam
bidang Kesusasteraan, yang tampak pada dua hal yakni bentuk-bentuk tulisan dan
filsafat Cina.
Asia Timur yang dikenal memiliki
perdaban di benua Asia tertua di dunia, sangat menarik jika mengkaji mengenai
sejarah penulisan sejarah (historiografi), yang akan diawali dalam sejarah
pertama mengenal tulisan bagi negara Cina dan Jepang, kemudian akan diperluas
melalui pembahasan perkembangan historiografi dari masing-masing negara.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur, khususnya di Cina
dan Jepang?
2.
Faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur
khususnya di Cina dan Jepang?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui perkembangan penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur,
khususnya di Cina dan Jepang.
2.
Mengklasifikasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan sejarah (historiografi) di Asia
Timur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Historiografi Asia Timur
Sejarah
historiografi yang terdapat di Asia Timur begitu penjang, seiring dengan
perjalanan waktu yang dilaluinya, dalam hal ini historiografi negara Cina dan
Jepang. Dari dua negara ini sama-sama memiliki prestasi dalam mengukir sejarah.
Dalam membahas historiografi Asia Timur, akan dibagi menjadi dua jenis,
Historiografi Jepang dan Historiografi Cina.
2.1.1
Historiografi Jepang
Jepang merupakan salah satu Negara
yang berada di Asia Timur yang memiliki perjalanan peradaban yang panjang.
Sebagaimana Negara yang diberbagai belahan dunia lainnya, Jepang juga memiliki
sejarah panjang, dan hal ini tentunya tidak bisa lepas dari yang namanya
Historiografi. Di Negara Jepang tidak memiliki arsip nasional pusat, sehingga
institut Historiografi dan Universitas Tokyo yang melayani sebagai gantinya.
Sejarah juga merupakan salah salah satu bidang akademis yang populer di jepang
sekarang. Dalam perkembangan historiografi di jepang mendapat pengaruh dari
berbagai teori sejarah, seperti pengaruh teori Budhisme.
Ciri khusus historiografi Jepang
ialah berkembang lebih menjurus untuk menghasilkan sejarah domestik dari pada
membentuk sistem-sistem tafsiran yang penting. Tidak ada satu pun sejarah
nasional di luar dunia Barat, yang menunjukkan
bentuk-bentuk tafsiran yang demikian rumit dan aneka ragam seperti
sejarah nasional Jepang. Adapun kejadian-kejadian dalam sejarah Jepang kini
telah memperoleh kedudukan yang utama
dalam rangka dasar historiografi dunia, oleh karena sejarah Jepang telah
disajikan dalam bentuk yang mengesankan oleh bangsa Jepang. Satiap segi dari
sejarah Jepang dikerjakan oleh ahli arsip yang profesional, ahli monograf yang
terpelajar, dan ahli pengolahan secara penafsiran yang memperhatikan
perkembangan modern dari filsafat dan metodologi sejarah.
Dengan demikian, perkembangan
historiografi di Jepang dapat kita lihat dari beberapa pembagaian periodesasi,
serta pembagian berdasarkan jenis historiografi, Jepang juga memiliki penulisan
sejarah yang awalnya dapat dibagi tiga bagian, sebagai berikut:
a.
Historiografi Jepang Kuno
1. Kojiki (720)
adalah catatan mengenai masalah-masalah kuno. Kojiki menceritakan masalah
rakyat jepang dari zaman dewa-dewa melalui berdirinya kekuasaan Yamato sampai
berakhirnya pemerintahan Ratu Suiko tahun 623. Keluarga kekhaisaran mengajukan
haknya untuk berkuasa karena keturunan langsung dari Amaterasu[1], Dewa
Matahari.
2. Nihon Shoki
(720) atau Babad Jepang. Nihon Shoki ditulis dalam bahasa Cina dan didasarkan
pada model-model Cina. Nihon Shoki mencatat 660 SM sebagai kenaikan tahta Jimmu
(Kaisar Pertama) [2],
suatu yang meragukan sejarah modern. Nihon Shoki dengan lima sejarah resmi
berikutnya yang mencatat tentang kejadian istana kekaisaran sampai tahun 887
dikenal sebagai Rukkokushi (Enam Sejarah Nasional).
3. Pada abad
ke-10 muncul penulisan sejarah partikelir seperti monogatori (hikayat) dan
kagami (cermin-cermin) yang merupakan contoh gaya sejarah, seperti cerita
tentang genji yang ditulis dalam bahasa Jepang, Ogama (Cermin Besar) merupakan
karya terkenal yang memadukan antara sejarah Jepang abad 11 dengan bangkitnya
sejarah keluarga Fujiwara yang kemudian menguasai istana[3],
namun banyak mendapat ancaman.
b.
Historiografi
Tradisional Jepang
Historiografi
tradisional Jepang dapat dikategorikan menjadi tiga, historiografi itu antara
lain adalah:
1.
Zaman
Pertengahan
Menjelang abad ke-12 karya-karya sejarah Jepang
banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep karma dan keselamatan dari Budhis.
Sejarah kepahlawanan yang paling terkenal adalah mengenai perang antara
Minomoto dan Taira (Heike Monogatori), ditulis dan dibacakan terutama untuk pesan
pendidikan. Penulisan sejarah pada umumnya dilakukan oleh para pendeta yang
percaya pada uraian-uraian Budhis mengenai naik turunya peruntungan bagi
keluarga dan perorangan. Tahun 1222-1282 Nichiren mengemukakan bahwa Jepang
adalah negara yang dikodratkan untuk menyempurnakan kepercayaan Budhis.
Gukhanso (bunga rampai dari pandangan-pandangan yang kurang mengerti) oleh
pendeta Fujiwara Jien (1155-1225) yang menganjurkan konsep kepemimpinan
konfusius untuk perilaku nasehat kaisar. Jinno Shotaki (catatan asal-usul yang
benar dari kaisar-kaisar kedewaan) oleh Jendral Kitabakke Chikafusa
(1291-1354), yang ditulis untuk memberitahukan bahwa ia lahir dari cabang
keluarga kaisar.
2.
Zaman Tokugawa
Masa Tokugawa[4]
(1600-1868) terjadi masa kebesaran penulisan sejarah Jepang sebelum zaman
modern. Muncul perhatian baru mengenai studi kojiki yang memusatkan perhatian
kembali pada kekaisaran. Hal ini menimbulkan unsur kebangsaan yang hidup terus
dalam masyarakat Jepang. Daftar kumpulan sejarah yang terpenting adalah
Tokugawa Jikki (Sejarah yang benar mengenai keluarga Tokugawa) yang dibuat
tahun 1809 dan 1849 Honcho Tsugan (Cermin besar mengenai Jepang) yang selesai
dibuat pada 1670 oleh keluarga Hayosi yang dibuat untuk meligitimasi kekuasaan
Tokugawa. Dai Nihon Shi (Sejarah Jepang) disusun dibawah lindungan cabang Mito
dari keluarga Tokugawa. Hokuseki (1657-1725) yang menulis tentang Dokushi Yoron
(Komentar Sejarah Jepang)yang berisi tentang sistem periodisasi yang didasarkan
atas perubahan-perubahan kekuasaan politik Koshi tsu (survei sejarah kuno). Rai
Sanyo (1780-1830) menulis Nihon gaishi (Sejarah jepang tidak Resmi,)yang
melanjutkan tradisi cerita sejarah yang berpusat pada kaisar Kitabatake. Honawa
Hokiichi (1746-1821) dan anaknya yang menulis Gunshu Ruiju (teks yang
diklasifikasikan) yang merupakan perbandingan teks-teks sejarah.
3.
Zaman Meiji[5]
Masa ini adalah masa peralihan dari
historiografi tradisional ke historiografi modern. Karya yang penting pada masa
ini adalah Koji-ruien (ensiklopedia hal-hal kuno) yang disusun oleh Kementerian
Urusan Kuil-kuil (1879-1913). Terjadi dua arus historiografi pada masa ini,
yakni: resmi (mencoba mempertahankan nasionalisme Jepang) dan Swasta yang lebih
bersifat internasional yang banyak mengambil konsep-konsep Barat (Bummei ron no
gairyaku dan Nihon kaika Shosi). Ludwig Reiss (1861-1928) dari Jerman yang
diundang ke Tokyo untuk mendirikan jurusan sejarah di Universitas tokyo. Tahun
1895 Universitas Tokyo menyusun Dai Nippon Shiryo (Bahan-bahan Sejarah Jepang).
c.
Historiografi
Modern Jepang
Zaman permulaan historiografi modern ditandai
oleh hasil yang nyata menurut empat garis besar sebagai berikut:
1.
Kesempurnaan dari suatu metodologi sejarah
modern.
2.
Penulisan studi-studi monografi secara khusus
mengenai pranata-pranata dan aspek-aspek yang khas dari peradaban Jepang.
3.
Persiapan survei-survei sejarah secara umum.
4.
Penerbitan buku-buku referensi dan bahan-bahan
sumber.
Banyak karya yang dihasilkan pada masa ini,
misalnya: Kokushi No Kenkyu (1908), Nihon Bunkahi (1922), Sogo Nihon Shi Takei
(1926), Nishida Naojiro, Tuda Sokichi, Honyo Eijiro, Ono Takeo dan Tsuchiya
Takao. Selain itu juga muncul perhimpunan-perhimpunan sejarah seperti:
·
Shigakhai (Masyarakat Sejarah Jepang)
·
Keizaishi Kenkyukai (Masyarakat untuk Studi
Sejarah Ekonomi)
·
Shakai Keizaishi Gakkai (Masyarakat Sejarah
Sosial dan Ekonomi)
·
Reikishigaku Kenkyukai (Masyarakat Ilmu
Pengatahuan Sejarah)
Tahun 1930 Jepang mengadakan ekspansi ke
daratan melancarkan perang pasifik. Hal
ini menyebabkan adanya perpecahan di kalangan sejarawan:
1.
Sejarawan Marxis:
·
Menulis kembali perkembangan nasional Jepang
·
Kritik Kapitalis dan imperialis
·
Muncul buku Nihon Shihonshugi Shi Kaza tahun
1932 (Esai mengenai sejarah perkembangan kapitalisme di Jepang).
2.
Sejarah Nasionalis:
sejarah untuk
propaganda, tentang keunggulan-keunggulan tanpa banding dan mitos-mitos.
Perkembangan Historiografi Jepang semenjak
tahun 1950 sampai sekarang :
a)
Terbit ensiklopedia baru, sejarah-sejarah
survei baru dan karya-karya penelitian dasar.
b)
Seluruh literatur sejarah Jepang pada
hakekatnya telah diperbaharui, seri dokumen baru yang menyusuri lebih dalam
sampai maslah-masalah kecil mengenai kegiatan pemerintahan maupun ekonomi
dengan kecermatan dan ketetapan yang baru.
c)
Sangat empiris dan sedikit sekali dipengaruhi
oleh masalah-masalah yang bias penafsirannya.
2.2
Historiografi Cina
Cina
merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di
dunia. Pada mulanya sejarah Cina merupakan perpaduan antara cara-cara magico-religio dengan penyimpanan
catatan. Hal ini mempunyai akibat sangat besar terhadap tradisi sejarah di
negeri Cina. Seperti Kaisar Kuning
(Huang Ti), untuk pertama kali melakukan penunjukkan sejarawan- sejarawan
istana. Huang Ti merupakan salah satu pembentuk legendaris kebudayaan Cina.
1.
. Pandangan Orang Cina Tentang Sejarah.
Istilah
shih (sejarah) dalam terminologi Cina
memiliki bermacam-macam arti. Konsepsi Cina mengenai sejarah ditentukan oleh
unsur-unsur tertentu dalam pandangan orang Cina mengenai dunia.[6]
Adapun unsur-unsur penentu itu adalah; etnosentris[7],
holisme[8],
pandangan bahwa sejarah adalah tanggung jawab yang berasal dari zaman keemasan,
konsep siklus dalam sejarah politik, dan pandangan bahwa ada dinamika moral
dalam berbagai kegiatan manusia.
2.
Bidang dan Tujuan Historiografi
Tujuan penulisan sejarah terikat dengan keinginan kelas pejabat negara
pada umumnya, yaitu memelihara stabilitas dan ketentraman dengan cara
menjalankan pemerintahan dan menegakkan pengawasan sosial, memelihara kekolotan
Confusianis, memelihara etika-etika dasar Confusianis dalam masyarakat, pada
bidang kesusasteraan dan kesenian, serta
melindungi kedudukan golongan literati dan gentry
dari ancaman kaisar yang otokratis atau golongan yang haus kekuasaan.
Ruang lingkup penulisan sejarah Cina berkisar pada beberapa hal
yang erat kaitannya dengan penulisan sejarah itu sendiri, yaitu pemusatan
perhatian yang besar terhadap sejarah politik dan pelajaran mengenai stabilitas
dan perubahan, sejarah pranata, bagian ekonomi (fungsi reguler pemerintahan),
geografi (sekarang dinamakan geografi administratif), biografi, sedikit perhatian
terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan dengan golongan literati, dan
sedikit tentang agama-agama yang dianggap murtad.
3.
Metode Sejarah
Metode yang digunakan sejarawan Cina dapat dibagi menjadi dua
kelompok. Pertama, metode pencatatan
kejadian-kejadian komtemporer. Para sejarawan istana bertugas mencatat setiap
hari segala peristiwa istana. Sejarawan tak resmi, mencatat peritiwa-peristiwa
yang dialaminya. Kedua, metode
kompilasi (pengumpulan dan penyusunan) berdasarkan urutan waktu dari setiap
catatan-catatan peristiwa. Dari masa ke masa sejarawan istana mengedit dan
mengambil intisari catatan sehari-hari serta menyusunnya berdasarkan urutan
waktu (kronologis). Hal serupa juga dilakukan oleh sejarawan tak resmi.
4.
Modernisasi Historiografi
Historiografi tradisional Cina yang telah berlangsung kurang lebih
1000 tahun terhenti karena adanya beberapa hal yang mempengaruhi
perkembangannya, yaitu terjadinya fase-fase runtuhnya sistem kekaisaran di Cina
dan masuknya pengaruh Barat. Gerakan pembaharuan sejarah Cina, mulai nampak
pada gerakan 4 Mei 1919 M. yang dimotori para sejarawan muda yang telah
dipengaruhi oleh pikiran Barat. Banyak di antara mereka pernah belajar di
Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat. Gerakan ini pada dasarnya mencari suatu kebudayaan
baru Cina yang dapat diterapkan pada
kebutuhan masyarkat modern. Pada masa ini buku-buku klasik tidak lagi dipandang
sesuatu yang suci, dan secara teliti mulai diselidiki kembali keasliannya
sehingga dapat dipercaya sebagai dokumen sejarah. Dengan menggunakan
teknik-teknik penelitian lapangan yang berasal dari Barat dalam mempelajari
kehidupan desa, cara pemujaan populer dan folklore.
Semua temuan dipergunakan untuk lebih mengetahui kebudayaan
tradisional populer. Di samping itu digunakan pula metode perbandingan dan
meninggalkan kebiasaan lama sejarawan kuno. Usaha-usaha pembaharuan itu telah
menghasilkan penemuan-penemuan baru dan cara baru untuk mengetahui kehidupan
pada masa lalu melalui peninggalan-peninggalan kuno. Dengan demikian sejarah analitis
yang didasarkan pada hipotesa-hipotesa telah menggantikan cara-cara kompilasi
yang telah menjadi tradisi kuno.
Tahun 1930-1945 menjadi masa suram bagi sejarah Cina akibat dari
serangan Jepang. Pada tahun 1945-1949, pemerintah nasionalis bersikap tidak
toleran terhadap pendapat yang berbeda, sehingga keadaan menjadi tegang dan
penindasan makin banyak terjadi. Tahun 1949 para sejarawan harus memilih untuk
tinggal di Cina atau menyingkir ke Taiwan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka
memilih tetap tinggal di Cina. Setelah tahun 1949 ada dua pusat penelitian
sejarah yaitu Republik Rakyat Cina (RRC) dan Republik Cina di Taiwan.
Sejak tahun 1949 sejarawan RRC selalu dipaksa pemerintah komunis
untuk menyempurnakan penguasaan atas Marxisme dan menggunakan teori-teori
Marxis guna memunculkan sejarah baru dengan segera, yang cocok dengan
pemerintahan itu. Pada umunya alasan-alasan dogmatik telah mengakibatkan studi
sejarah di Cina menjadi steril. Di Taiwan, Acamedica
Sinica dihidupkan kembali. Universitas Nasional Taiwan mempunyai fakultas
sejarah, dengan demikian terbitan terdahulu dari Academica Sinica dicetak kembali, akan tetapi suatu kenyataan bahwa
masyarakat sejarah di Taiwan sangat terbatas.
Dalam sejarah historiografi cina, dibagi beberapa masa dinasti yang
pernah berkuasa di cina pada waktu itu, sebagai berikut:
1.
Dinasti
Shang (1751-1111 SM)
Mengenai
Dinasti Shang (1751-1111 SM), arkeologi modern membuktikkan bahwa peramal
istana dinasti Shang, telah menyimpan “arsip-arsip” ramalan mereka yang dituliskan
pada tulang dan batok kura-kura. Masa awal dinasti Chuo (1111-221 sM). Catatan
terpisah-pisah, terutama bab tertentu dari Shu Ching atau “Sejarah Klasik”
mencerminkan suatu minat yang terus- menerus pada sejarah keturunan para raja,
tata cara dan legitimasi politik. Zaman negara-negara berperang (Chan Kuo,
481-221 sM), untuk pertama kalinya muncul pemikiran-pemikiran Cina yang
sistematis. Kebiasaan yang selalu mengambil tokoh-tokoh sejarah merupakan
faktor penting dalam pemikiran Cina.
2.
Dinasti
Han (Ch’ien Han, 206 sM-9 SM).
Masa
dinasti Han awal (Ch’ien Han, 206 sM-9 sM). Sejarawan agung Ma-ch’ien menulis Shih
Chi, kitab sejarah pertama yang memuat sejarah Cina dari zaman yang
samar-samar sampai pada kira-kira tahun 100 sM.
Masa dinasti Han Kemudian (Hou Han, 25-220 M). Pan Ku, sejarawan istana,
menulis kitab sejarah yang merupakan buku pertama dari rangkaian “sejarah
dinasti” (tuan-tai shih). Buku ini diberi nama Sejarah Dinasti Han Awal (Ch’ien
Han Shu). Buku Shih Chi dan Ch’ien Han Shumenjadi model yang ditiru
para sejarawan lainnya untuk penulisan buku-buku sejarah dinasti pada masa
kemudian.
Zaman
Perpecahan (220-589 SM), dominasi bangsa ‘barbar’. Budhisme perlahan merembes
ke dalam pemikiran bangsa Cina, namun demikian Budhisme hanya berpengaruh
sangat kecil terhadap pemikiran kesejarahan Cina. Masa awal zaman ini merupakan
zaman besar kedua pemikiran kreatif Cina. Liu Hsieh (9465-522 SM), menulis
sebuah buku besar mengenai kesusasteraan. Sebagian buku ini membahas pula
berbagai masalah historiografi yaitu pentingnya prinsip-prinsip umum,
batasan-batasan untuk memilih hal-hal khusus, ukuran untuk mempercayai materi,
serta persoalan keobyektifan dan prasangka.
3.
Dinasti
Tang (618-906)
Dinasti
Tang (618-906) Zaman keemasan kesenian dan kesusasteraan. Untuk pertama kalinya
sejarah menjadi bahan baku dalam kurikulum ujian negara. Seorang pejabat negara
Tu Yu (735-812) berusaha membebaskan diri dari tradisi-tradisi catatan dinasti
dan menulis T’ung Tien berbentuk
ensiklopedia dan dianggap sebagai sejarah institusional Cina yang pertama. Pada
masa awal Tang diadakan perluasan atas aparat birokrasi yang bertugas mencatat
peristiwa-peristiwa, memproses dokumen, memelihara arsip dan menulis
sejarah. Dalam menyusun sejarah dinasti,
komisi-komisi kekaisaran telah menggantikan pengarang perseorangan. Gejala ini
mengawali adanya pembagian historiografi resmi dan tidak resmi yang terus
berlangsung sampai berakhirnya sistem kekaisaran.
4.
Dinasti
Sung (960-1279 M)
Penulisan
sejarah para neo-Confusianisme memperlihatkan suatu kecermatan baru dalam
menulis sejarah, kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber tak resmi dan
usaha keras untuk menerangkan secara rasional yang dikombinasikan dengan
kepercayaan kuat akan kekuatan moral. Seorang sejarawan besar pada masa ini
adalah Su Ma-kuang (1019-1089), karyanya yang terkenal Tzu-chih t’ung-chien merupakan sejarah Cina dari tahun 403 sM
hingga tahun 959 M diatur berdasarkan tahun, dan disajikan dengan jelas.
5.
Dinasti
Ming (1368-1644 M)
Pada
masa Dinasti Ming, Cina mengalami masa kejayaan yang dibawah pimpinan kaisar
Yen Wang (1403-1424) yang lebih dikenal dengan nama Yung Lo, seorang diplomat
ulung, pada masa pemerintahannya dikirimkanlah ekspedisi-ekspedisi angkatan
laut ke Kamboja, Cochin Cina, Thailand, Sumatera, Jawa, India, dan Sailan.
Daerah-daerah yang dikunjungi ini dibujuk untuk mengakui Cina sebagai yang
dipertuan. Tokoh ekspedisi yang terkenal adalah Laksamana Cheng Ho, dengan
dibantu sekretarisnya, Ma Huan. Kebesaran Yung Lo yang lain adalah: ia
memerintahkan 2000 orang penulis untuk menyusun suatu kamus. Ensiklipedia ini
terdiri dari 11.000 jilid, dengan judul Yung Lo Ta Tien. Selain itu,
semasa Dinasti Ming, pelayaran-pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho
dicatat dalam sebuah buku Ma Huan dengan judul Ying Yai Shen Lan dan
buku Fei Hsin dengan judul Hsing Cha Shen Lan.
6.
Dinasti
Manchu (Ching, 1644-1911 M)
Pada masa ini
muncul perasaan yang tidak puas atas kekolotan neo-Confusianisme, yang
menyebabkan timbulnya suatu gerakan kritik yang sangat penting, yaitu empirisme-rasional menjadi inspirasi
lahirnya prinsip dan metode baru dalam geografis-historis,
epigrafi, ilmu purbakala dan bidang-bidang lain. Ketika sistem kekaisaran
runtuh, metode dan semangat keraguan sejarawan pun tergambar secara luas dalam
modernisasi historiografi Cina.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
Historiografi jepang dimulai dari historiografi tradisional, ada
empat model penulisan sejrah tradisional di jepang, dua diantaranya adalah Koiji
dan Nihon Shoki. Yang mana, kojiki merupakan tulisan yang mengenai
masalah-masalah pada zaman kuno, yang membahas tentang rakyat cina. Semula
tidak banyak berpengaruh kepada sejarawan jepang. Namun pada abad ke-18, ketika
sarjana-sarjana nasionalis menemukannya di dalam himpunan arsip, unsur-unsur
masyarakat yang dicita-citakan didasarkan atas nilai-nilai “Jepang murni”, dan
itu menjadi sumber yang terpuji dari pandangan sejarah jepang. Kemudian Nihon Shoki adalah sebuah babad jepang yang
di tulis dalam bahasa cina, inilah bagian dari pengaruh negara lain terhadap
historiografi jepang. Dalam babad jepang ini ditulis mengenai tahta jimmu
(kaisar pertama). Kemudian historiografi jepang berkembang dalam beberapa
zaman, seperti zaman tokugawa (penulisan sejarah sebelum zaman modern), zaman Meiji (memeprtahankan masa lampau
jepang dalam bentuk ilmu pengetahuan), hingga historiografi modern.
Dalam historiografi cina
telah berkembang seiring dengan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa, antara
lain historiografi zaman dinasti sang, yang mana pada zaman ini para peramal
istana telah mencatat ramalan-ramalannya mengenai istana dalam sebuah batok
kura-kura dan tulang. Sedangkan metode historiografi, sejak zaman dahulu pemeliharaan catatan dan
penulisan sejarah merupakan fungsi resmi. Penyusunan peristiwa sejarah khusus
secara kronologis berasal dari sistem yang dipergunakan di istana dalam
memelihara catatan. Jadi, sejak zaman dinasti sudah ada metode kronologi yang
dipakai dalam menulis catatan di cina.
3.2
Saran
Dalam menulis sebuah makalah atau karya ilmiah lainnya, alangkah
baiknya tidak hanya mengandalkan satu referensi saja. Dan kepada dosen
pembimbing mata kuliah sebaikanya memberikan bimbingan berupa saran atau
kritikan yang membangun terhadap metode penyusunan sebuah makalah untuk menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur
W. Wrght, Historiografi Cina,dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman
Surjomihardjo (ed). Ilmu Sejarah dan
Historiografi. 1985. Jakarta: P.T Gramedia
Leo
Agung, Sejarah Asia Timur 1. 2012.
Yogyakarta: Ombak
Steven
Grosby, Sejarah Nasionalisme. 2011.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[1]
Amaterasu merupakan dewa matahari yang disembah suku Yamato pada masa kuno,
(lihat: Steven G- Sejarah Nasionalisme: 2011:
90)
[2] Pada kenaikan kaisar pertama (tahta Jimmu)
disebut sebagai berdirinya negara Jepang pada 660 SM (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia Timur 1. 2012: 95)
[3]
Kekuasaan keluarga Fujiwara banyak menuai ancaman karena hanya mementingkan
kepentingan keluarga (Lihat: Leo Agung- Sejarah
Asia Timur 1. 2012: 95)
[4] Keluarga yang pernah berkuasa di jepang, dan
memiliki kepercayaan bahwa keluarga Tokugawa merupakan keturunan Amaterasu
Omokami (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia
Timur 1. 2012: 104)
[5]
Pemerintahan yang dibawah kekuasaan Kaisar Meiji, yang dikenal dengan Restorasi
Meiji. (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia
Timur 1. 2012: 109)
[6] Arthur W. Wrght, ilmu Sejarah dan
Historiografi. 1985. Jakarta: P.T Gramedia (hal. 75)
[7]
Etnosentris berasal dari isolasi kebudayaan Cina. (lihat: Tufik Hidayat,
Ilmu Sejarah dan Historiografi: 1985:75)
[8]
Holisme adalah pandangan bahwa manusia dan kejadia-kejadian alam saling
berkaitan secara menyeluruh.
Komentar
Posting Komentar