Kamis, 23 Januari 2014

SEJARAH SMAN I MOUTONG (FORMAT KUALITATIF)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan selalu memiliki peranan penting didalam aspek kehidupan. Disini, pendidikan tidak hanya sebagai penunjang masa depan untuk manusia, tetapi juga sebagai penunjang masa depan bangsa dan Negara. Dengan semakin berkembang dan majunya teknologi zaman sekarang, menuntut setiap orang untuk berpendidikan dan menuntut kualitas dari pendidikan itu sendiri. Manusia merupakan objek utama pendidikan, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembagkan potensi yang ia miliki serta memiliki masa depan yang cerah. Sedangkan, dalam suatu Negara, pendidikan tersebut menjadi faktor pendukung dalam kemajuan pembangunan.
Dalam suatu institut pendidikan, pasti melewati beberapa proses untuk menunjang kemajuan melalui perkembangan-perkembangan tertentu. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di sebuah sekolah negeri, karena selama berdirinya sekolah tersebut belum ada yang meneliti, proses perkembangan pengajaran atau pendidikan di dalamnya, sehingga peneliti mengadakan penelitian di sekolah ini. Alasan peneliti mengangkat masalah diatas juga, untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan pendidikan yeng  ada di sekolah tersebut.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan sekolah pada awal didirikan hingga sekarang? 
2.      Bagaimana proses pendidikan didalamnya?
3.      Mengapa SMAN. 1 Moutong menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional oleh pemerintah?
4.      Bagaimana mutu pendidikan dan prestasi sekolah SMAN I Moutong?
5.       Bagaimana keadaan srana dan prasarana sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengatahui keadaan perkembagan sekolah dari awal hingga sekarang.
2.      Untuk melihat proses pendidikan yang  direalisasikan di sekolah tersebut.
3.      Menguraikan alasan pemerintah menjadikan SMAN. 1 Mouotng sebagai sekolah RSSN.
4.      Melihat mutu dan prestasi yang dihasilkan oleh SMAN. 1 Moutong.
5.       Menguraikan sarana dan prasarana yang tersedia sekolah.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat bagi pembaca adalah untuk menambah wawasan dan membangkitkan semangat pembaca dalam mengenyam pendidikan. Manfaat bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan dalam melakukan penelitian di lapangan, serta menyusun proposal penelitian melalui data yang diperoleh dari lapangan kedalam suatu karya ilmiah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1   Pendekatan- Pendekatan Dalam Teori Pendidikan
Dalam mempeajari pendidikan sebagai suatu teori yang berisikan konsep-konsep, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan-pendekatan dalam menyusun teori pendidikan, terdiri dari pendekatan sains, pendekatan filosofi, pendekatan religi, dan pendekatan multi disiplin.[1]
1.      Pendekatan Sains
Pendekatan sains dalam pendidikan (Science of education), yaitu suatu pengkajian dengan menggunakan sains untuk mempelajari, menelaah, dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Adapun bebrapa jenis sains pendidikan yang dihasilkan, diantaranya: Administrasi Pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan, sebagai aplikasi dari ilmu manajemen, dipengaruhi dan bersumber dari hasil penelitian dalam bidang manajemen. Serta, Teknologi Pendidikan, sebagai aplikasi dari sains dan teknologi, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian dalam bidang teknologi. Henderson mengemukakan bahwa sains pedidikan pada dasarnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran, perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Jadi, kajian teori diatas dapat dipahami bahwa pendidikan yang dikaji melalui sains merupakan aktifitas belajar yang menggunakan metode penelitian dan mempunyai prosedur yang terencana dan cermat, serta melakukan eksperimen-eksperimen ilmiah.
2.      Pendekatan Religi 
Pendekatan religi terhadap pendidikan berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadiakan landasan untuk melaksanakan pendidikan. Ajaran religi yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan dapat  dijadikan sumber dalam menentukan tujuanpendidikan, materi pendidikan, metode, bahkan sampai pada jenis-jenis pendidikan. Metode yang digunakan dalam menyusun teori pendidikan adalah tesis deduktif. Dikatakan tesis, karena bertolak dari dalil-dalil atau aksioma-aksioma agama yang tidak dapat  kita tolak kebenaranya. Dikatakan deduktif , karena teori pendidikan disusun dari prinsip-prinsip yang berlaku umum, diterapkan untuk memikirkan masalah-masalah khusus. Sebagai contoh, teori pendidikan islam berangkat dari Al-Quran, yang memberikan landasan pemikiran yang berkaitan dengan manusia, siapa manusia, dari mana mausia dan mau kemana manusia, serta harus bagaimana manusia berbuat dalam kehidupan di dunia ini.


2.2  Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Mengenai sistem pendidikan di Indonesia, banyak hal yang diatur dalam undang-undang, seperti wajib belajar 9 tahun, landasan dan asas pendidikan, hingga peranan pendidikan di Indonesia. Berikut ini isi mengenai undang-undang sistem pendidikan di Indonesia:
1.      Menurut UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan setiap warga Negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai tamat SMP.
Jadi, dapat dilihat dari isi undang-undang tersebut bahwa pemerintah Indonesia menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi bangsanya, sehingga menerapkanwajib belajar 9 tahun untuk anak-anak usia sekolah.
2.      Menurut UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Selain itu pula dinyatakan dalam UU No. 2 Tahun 1989 bahwa “Dalam kehidupan suatu bangsa, dan pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.”
Jadi, sudah tergambar dengan jelas betapa pentingnya pendidikan itu bagi masa depan seseorang ataupun masa depan suatu Negara. Masa depan suatu Negara dapat dilihat dari lukisan pendidikan sekarang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk meneliti institusi pendidikan tepatnya di SMAN 1 Moutong. Lokasinya berada di Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Kecamatan Moutong, jalan Siswa No. 20 Moutong Timur. Moutong merupakan tapal batas antara Provinsi Sulawesi Tengah dengan Provinsi Gorontalo. Moutong adalah kampung halaman peneliti, dan peneliti merupakan alumni dari SMAN 1 Moutong. Sehingga hal ini mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian ditempat tersebut.
3.2 Bentuk dan Strategi Penelitian
Peneliti memakai pendekatan kualitatif karena dalam penelitian dilakukan dalam bentuk pembahasan objek secara mendalam, sesuai dengan data yang peneliti dapatkan di lapangan melalui observasi, wawancara, sumber buku, dan data. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini penyusunannya juga berbentuk narasi, tanpa menggunakan rumusan matematis seperti penelitian kuantitatif.
3.3 Sumber Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti turun langsung dilapangan, dan disini peneliti sebagai partisipan penuh atau peneliti aktif. Selain melakukan penelitian dengan berbagai prosedur, peneliti juga melakukan pengamatan penuh terhadap objek yang akan diteliti. Tentu saja kehadiran peneliti dilapangan, bersifat interaktif. Sehingga sumber data yang diperoleh peneliti, langsung dari sumber terpercaya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti memerlukan waktu satu pekan. Selama sepekan sudah termasuk waktu perjalanan ke lokasi, setelah sampai di lokasi membutuhkan waktu dua hari untuk mendapatkan data dari informan, yang dimulai dengan observasi di lapangan, lalu melakukan wawancara dengan kepala sekolah, serta salah seorang staf tata usaha. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam suara informan sebagai alat untuk memudahkan dalam penyusunan hasil penelitian. Selain itu peneliti juga mendapatkan izin dari kepala sekolah untuk mengcopy beberapa lembar dokumen SMAN 1 Moutong yang dianggap penting untuk dijadikan data. Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan sekaligus pengambilan gambar sebagai dokumentasi.
3.5 Teknik Cuplikan (Sampling)
Karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, maka dalam hal ini peneliti menggunakan teknik cuplikan dalam memperoleh data, yakni dengan cara memilih satu informan yang dikenal paling tahu tentang perkembangan sekolah SMAN 1 Moutong yakni pegawai staf tata usaha Bapak Sagaf yang telah lama mengabdi di SMAN 1 Moutong, teknik cuplikan ini menggunakan Teknik Purposive Sampling.
Daftar Pustaka
Umar Tirtarahardja dan L. La Sulo, 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uyoh Sadulloh, 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.






[1] Uyoh Sadulloh, 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal. 5-12

HUBUNGAN AFRIKA, MESIR, & INDONESIA DILIHAT DARI PRESFEKTIF EKONOMI, POLITIK, AGAMA, HISTORIS, DAN KEBUDAYAAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika ditanya mengenai hubungan tiga Negara antara Afrika, Mesir, dan Indonesia, harus kita kaji dari berbagai latar belakang historisnya. Kita tau bersama bahwa ke tiga Negara ini sama-sama pernah di kuasai oleh bangsa Eropa, baik itu Inggris, Belanda, Portugis, prancis, maupun Negara lainnya yang ada di Eropa. Alasan bangsa Eropa ketika datang di Negara inipun sama yaitu sama-sama ingin menguasai sumber daya alam yang dimiliki. Strategi yang di gunakan hampir sama yang pada intinya, masuk melalui jalur perdagangan, hingga akghirnya mengintervensi target  wilayah yang akan di kuasai oleh mereka.
Awalnya inggris telah memasuki wilayah Afrika, setelah di bukanya Terusan Suez , maka perhatian mereka mulai beralih pada Mesir, karena Terusan Suez tersebut merupakan jalan menuju ke India dan Mesir. Sedangkan Indonesia sendiri, sudah mulai mengunjungi Benua Afrika Timur melalui pelayaran yang membawa mereka ke negeri tersebut akibat adanya pergantian angin musim Samudera Hindia.
Afrika pantai utara disebut pula Mediterranean Afrika dan selain daerah delta sungai Nil yang meluas keselatan, daerah tersebut termasuk daerah yang sempit membujur dari barat sampai ke timur. Di bagian inilah pada zaman kuna terdapat pusat-pusat peradaban. Mesir zaman Yunani-Romawi, Afrika Utara juga tidak luput dariincaran mereka. [1]

BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan antara Afrika, Mesir, dan Indonesia ini akan di bahas dalam lima bagian presfektif, yakni: Presfektif sejarah, presfektif, presfektif politik, prespektif kebudayaan, presfektif keagamaan, dan presfektif ekonomi. Berikut pembahasannya:
2.1 Presfektif Sejarah
Sejarah berupa rangkaian peristiwa yang di susun dalam hubungan sebab-musabab. Susunan peristiwa sejarah yang demikian adalah hasil penafsiran ahli sejarah tentang bahan sejarah yang tersedia. Namun, tidak selalu didapati secara lengkap pemberitaan peristiwa dan sebab-musabab timbulnya peristiwa yang bersangkutan dan akibat dari peristiwa itu.[2]
Evolusi dari kehidupan manusia bukanlah kegiatan yang mekanis, dalam arti bahwa itu diatur oleh pengatur luar atau alam, demi finalitasnya. Harus diingat bahwa bukanlah mekanisme itu sendiri ataupun finalitas yang menjadikannya, akan tetapi pihak manusialah yang melaksanakan proses perubahan.[3]
Dilihat sepintas lalu dari peta, Benua Afrika pada masa itu seakan-akan merupakan suatu jazirah yang besar dari benua Asia. Arus perpindahan suku-suku dari Asia membawakan perkembangan kebudayaan di Afrika. Adapun gambaran dari keadaan Benua Afrika ialah hutan-hutanya yang lebat dan menjadi sumber sungai-sungai besar yang bermura di laut tengah maupun laut Atlantik. Makin ke utara dank e selatan dari garis ekuador, alam vegetasi makin beralih menjadi savanna, perumputan, kemudian stepa, dan akhirnya gurun pasir (sahara di utara dan Kalahari di selatan).[4]
Wilayah afrika menjadi rebutan bagi Negara-negara imperialisme barat, sehingga mereka membagi-bagi benua Afrika untuk kepentingan mereka sendiri. Pada periode tersebut Afrika tidak ikut dalam percaturan Politik dunia. Afrika hanya merupakan objek belaka yang dapat di perbuat sekehendak hati oleh kaum imperialis barat. Nasib Afrika tidak di tangan bangsa Afrika sendiri, tetapi ditentukan bangsa kulit putih. Pada umumnya Negara-negara imperialis itumendapatkan daerah di Afrika dengan melalui jalan damai, baik dengan mengadakan perjanjian antara Negara barat sendiri maupun antar Negara barat dan kepala-kepala suku penduduk bumiputera. [5]
Selanjutnya tentang sejarah peradaban Mesir,  yakni di sepanjang sungai Nil terdapat tanah datar subur tang sempit, berkat banjir tahunan dari sungai tersebut. Sejak zaman prasejarah di situ hidup suatu bangsa bermatapencarian bertani dengan panenan tiga kali setahun dan beternak. Pemerintahan dan adat keagamaan diatur oleh suatu kasta pemimpin agama. Bangsa Mesir anehnya tak menjelajahi lautan tengah di mana bermuara sungai Nil. Pelayaran dan perdagangan diserahkannya kepada bangsa Funisia. Selain bangsa Mesir tak tertarik oleh lautan, berbagai penemuan yang dilakukannya pun tak diberitahukan kepada keturunannya. Lalu pada tahun sekitar 1700 SM. Lembah Nil tersebut diserbu oleh suku-suku gembala yang peradabanya lebih rendah dari bangsa Mesir. [6]
Mesir memiliki sejarah yang meliputi perkembangan peradaban selama ribuan tahun dan diwakili oleh sejarah terekam sejak masa Firaun yang peninggalannya terpelihara hingga kini. Dari berbagai rekaman itu bisa ditarik kesimpulan, bahwa latar belakang sejarah Mesir ditandai oleh perkembangan peradaban yang tinggi tingkatnya dalam berbagai bidang, termasuk tatanegara, hukum, kesenian, ilmu (khususnya matematika dan astronomi) dan teknologi (pembuatan peralatan untuk berbagai keperluan, termasuk yang memungkinkan diwujudkannya arsitektur berupa berbagai monument skala raksasa yang bertahan beribu tahun hingga kini).[7]
Kemudian untuk Nusantara atau Indonesia masuk zaman sejarah (mengenal tulisan) pada tahun 400 M, ditandai dengan masuknya pengaruh Hindu-Budha yang berasal dari para pedagang India. Sejak zaman prasejarah masyarakat Indonesia dikenal sebagai pelaut yang tangguh. Lautan disekitar dan di antara pulau-pulau tidak menjadi halangan bagi mereka untuk saling berhubungan. Secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua dan dua samudera, sehingga letak Indonesia sangat strategis dan menjadi persimpangan lalu lintas dunia. Disamping  letaknya yang strategis, kekayaan alamnya yang berupa rempah-rempah, beras, emas, perak dan lainnya, laku diperdagangkan.[8]
Hal inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu objek incaran Negara-negara Imperialisme, seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Selain itu Indonesia pula sebelum masuknya bangsa Eropa, telah melakukan pelayaran ke baerbagai Negara, termasuk pelayaran yang dilakukan para pelaut-pelaut Indonesia yang telah mengunjungi benua Afrika, sehingga hubungan perdagangan antar negarapun terjalin antara Indonesia, Afrika, para pelaut Timur Tengah seprti Arab dan Mesir. Jadi, jika ditinjau dari presfektif  Sejarahnya sudah jelas Afrika, Indonesia, dan mesir sudah menjalin hubungan jauh sebelum ke tiga Negara ini di kuasai oleh penjajah bangsa Eropa.
2.2 Presfektif Politik
Jika ditinjau dari presfektif Politik, Afrika, Mesir, dan Indonesia sama-sama mendapat pengaruh dari Negara yang menjajahnya yang kita kenal dengan Politik Kolonial. Seperti politik kolonial yang diterapkan oleh Inggris di Afrika yang berdasarkan dua prinsip:
1.      Penekanan kepada kepentingan imperium inggris atau kepentingan kaum kolonis putih di tanah koloni.
2.      Penekanan kepada pertanggungjawaban sebagai “pemimbing” untuk penduduk bumiputra.
Di daerah-daerah “Hitam” di Afrika barat Inggris. Tradisi Livingstone lebih banyak di ikuti, sedang Afrika Timur dan Tengah, karena situasinya lebih kompleks, maka terjadilah mengenai penggunaan dua tradisi tersebut. Adapun gambaran politiknya seperti, berlakunya system koloni di mana tiap daerah kekuasaan dikuasai oleh seorang Gubernur sebagai wakil kepala Negara inggris yang diperlengkapi oleh Dewan eksekutif dan dewan legislatif. Sebagai anggota dewan-dewan tersebut ditunjuk oleh gubernur dan sebagian lagi di pilih oleh warga Negara putih dalam masyarakat tersebut. Sesudah melalui proses evolusi, anggota yang ditunjuk untuk dewan-dewan itu dikurangi sehingga anggot hasil pilihan lebih banyak.[9]
Demikian di Nusantara, orang belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang. Mereka dimotivasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari Indonesia.namun pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat permanen di daratan daripada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis Politik dan territorial. Setelah peperangan kolonial yang banyak akhirnya Indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan Belanda.[10]  
Politik kolonial lama, yaitu memperguanakan kekuatan-kekuatan feudal dari zaman yang lampau serta menghalangi kemajuan rakyat di bawah kedok semboyan dan janji yang tak terlaksana. Politik kolonial baru yaitu mencari bantuan golongan-golongan borjuis dari gerakan nasional.[11] Politik luar negeri Indonesia yang Bebas Aktif dan menjadikan kondisi pada saat itu yang melatarbelakangi system demokrasi terpimpin. Sehingga, presiden Soekarno mempelopori Konfrensi Asia-Afrika, pertama kali diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955, dengan salah satu tujuannya adalah mempercepat proses kemerdekaan di Negara-negara Asia dan Afrika yang terjajah.[12]
Selanjutnya mengenai Mesir, yaitu tergolong Negara Arab yang berperan penting sebagai salah satu actor politik yang berpengaruh terhadap perkembangan situasi di Timur Tengah umumnya. Selain itu, secara geografi Mesir juga merupakan Negara Afrika, dan dengan demikian banyak terlibat dalam berbagai masalah di Afrika. Oleh karenanya Mesir sangat aktif berperan dalam lingkaran OPA (Organisasi Persatuan Arab). Dalam lingkaran OPA ini dapat disimpulkan bahwa Mesir memberikan prioritas yang cukup tinggi pada berbagai perkembangan di Afrika.[13]
Pada saat perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, Indonesia memilih Gerakan Non-Blok sehingga dimanfaatkanlah kesempatan ini untuk membentuk Konfrensi Asia-Afrika (KAA) guna untuk mencapai kemerdekaan bagi negara-negara Asia dan negara-negara Afrika yang terjajah oleh bangsa Eropa.
2.3 Presfektif Kebudayaan
Mengenai Mesir, negeri ini pernah dikirakan menjadi tempat lahirnya kebudayaan yang lebih tinggi, akan tetapi ini kemudian ternyata keliru. Lokasi Mesir saja sudah menunjukkan ketidakmungkinannya, yakni: berbentuk lembah yang sempit terapit oleh dua padang pasir yang terletak justru di pinggiran daerah kebudayaan yang lebih tua. Mesir itu bukanlah tanah pertanian yang pertama.
Kondisi alam di Mesir mirip dengan yang ada di Mesopotamia: kedua-duanya berupa lembah sungai besar yang bertanah subur dengan iklim kering lagi panas. Meskipun demikian ada lima perbedaan sebagai berikut:
1.      Lembah Nil yang di tempati negeri Mesir lebih sempit.
2.      Dari tebing-tebing berbatu keras di sebelah-menyebelah lembah Nil dapat ditemukan jenis-jenis batu dan arsitektur bangunan batu.
3.      Letak Mesir lebih bersifat terisolasikan sehingga mudah di serbu dari luar
4.      Kebudayaan Mesir lebih dapat mempertahankan coraknya Afrika, meskipun kemasukan juga pengaruh dari Asia.
5.      Adanya pergantian angin musim di Samudera Hindia memungkinkan terjadinya hubungan dengan Asia Selatan. Pada awal tarikh Masehi pelaut-pelaut dari Arab, India bahkan Indonesia sudah mengunjungi benua Afrika bagian Timur.
Pulau Madagaskar telah kedatangan para imigran berasal dari Sumatera (Indonesia) dan dengan itu maka masuklah kebudayaan Austronesia. Imigran pertama terdiri atas para petani padi basah, dan para ahli tenun. Masuknya kebudayaan Austronesia ini melalui pantai Timur di sebelah Selatan dari Mombassa yakni wilayah Zambesi.[14]
Untuk lebih menyeimbangkan hubungan budaya Negara maju, Negara sedang berkembang  pada umumnya merasa berkepentingan dengan program-program pertukaran misi pendidikan/ ilmu pengetahuan, terutama pada posisi partisipasi program “expert export” Negara-negara maju. Baru pada kepemimpinan GNB (Gerakan Non Blok) periode KTT (Konfrensi Tingkat Tinggi) ke X di Indonesia dapat melaksanakan Program expert export  melalui kerjasama selatan-selatan dengan jalan memberikan bantuan pendidikan kepada anggota GNB untuk dididik di Indonesia.[15]
New Asia-African Strategic Partnership atau yang lebih dikenal dengan sebutan deklarasi NAASP. Dalam deklarasi ini merumuskan dan menggarisbawahi pentingnya dialog antar peradaban untuk memajukan budaya perdamaian, toleransi dan menghormati agama, budaya, bahasa, keanekaragaman rasial dan juga kesetaraan jender. Deklarasi ini merupakan pijakan sejarah dari gerakan Asia-Afrika. Melalui keitraan ini, pada beberapa tahun kedepan akan membangun warisan pembangunan social, ekonomi, dan kebudayaan untuk generasi Asia dan Afrika berikutnya.[16]
Demikianlah hubungan yang dapat kita lihat dari tiga Negara Afrika, Mesir, dan Indonesia. Secara geografis Mesir berada di benua Afrika, maka melalui KAA maka ketiga Negara ini saling berhubungan, karena KAA sendiri pernah dilaksanakan di Kairo pada tahun 1964. KAA inilah yang mengikat erat hubungan tiga Negara Afrika, Mesir, dan Indonesia. KAA ini tidak hanya bergerak di bidang politik, tetapi juga hampir disetiap bidang kehidupan.
2.4 Presfektif Keagamaan
Pada zaman kuno hubungan orang-orang Roma dengan Afrika daerah Sahara dan Afrika Barat sangat sedikit. Orang-orang Roma lebih banyak berhubungan dengan dunia Timur, dengan Negara-negara di jazirah Arab dan suku-suku di Afrika Timur. Melalui pantai-pantai Timur ini mereka dapat mengadakan hubungan dengan India. Pada abad ke-7 orang-orang Islam Arab kearah barat . Invansi tersebut dimulai pada 640 dengan menaklukan Mesir, kemudian tanah-tanah di sebelah Baratnya. Sesudah seluruh Afrika Utara menjadi Islam, invansi diteruskan ke Spanyol, disamping itu juga ditujukan kearah selatan. Serangan orang-orang Berber yang telah menjadi Islam itu akhirnya di hentikan dan mereka mendiami lembah Sungai Niger dan Sungai Senegal yang subur. Invansi kearah selatan ini mengakibatkan adanya peradaban Arab-Berber di Sudan sebelah Barat. Di daerah tersebut muncul beberapa kerajaan Islam dengan tingkat peradaban yang cukup maju antara lain: Songhay, Ghana, Mali dan Bornu.[17]
Di pantai Timur, orang islam memegang banyak peranan. Sejak zaman kuno pelaut-pelaut dari Oman, dari Negara-negara di teluk parsi dari pantai barat laut india telah berlayar sampai ke Afrika Timur, bahkan Indonesia telah mengunjungi benua Afrika bagian Timur tersebut.[18]
Dari hubungan tersebut maka terjadilah transformasi budaya bahkan agama. Pertama Islam masuk di Mesir, sehingga Mesir menjadi pusat penyebaran agama Islam, dengan dibangunnya Universitas Al-Azhar yang berwawasan Islam.[19] Dengan demikian, Islam tidak hanya tersebar di Mesir, tetapi juga sampai ke Afrika. Seperti di Afrika Timur, sudah menjadi tempat pertemuan dagang antara pelaut-pelaut Arab, India, dan Indonesia. Sehingga pada saat itu terjadi penyebaran Agama Islam dikalangan para pedagang. Kemudian, disusul oleh orang India, dan pelaut-pelaut  zajirah Arab yang termasuk juga Mesir, yang telah melakukan penyebaran agama di Afrika, datang berdagang di Indonesia terutama di selat Malaka, Sumatera. Hal ini terbukti dengan adanya kerajaan islam tertua di Indonesia pada tahun 1262 M.
Islam yang berasal dari Jazirah Arab pada Zaman Khulafaurrasyidin (pengganti nabi Muhammad Saw) sudah berkembang sampai ke seluruh Asia Barat, Afrika Utara dan Timur, dan sebagian Eropa (Spanyol dan Turki). Pada masa khalifah bani Umayyah, Islam berkembang sampai India, Cina, dan Asia Tenggara.[20]
Para pelaut jazirah Arab maupun Afrika memang sudah dikenal sebelumnya, dengan datangnya pelaut Indonesia ke Afrika Timur dan bertemu dengan para pelaut Arab yang pada saat itu berdagang dan menyebarkan Agama Islam. Sehingga pada saat penyebaran Agama Islam tidak mengalami kesukaran dalam mempengaruhinya, karena sebelumnya sudah menjalin hubungan dengan bangsa Indonesia.
Setelah melakukan penyebaran agama Islam melalui perdagangan, dilanjutkan dengan perkawinan antara pedagang muslim dengan penduduk asli, maka muncul peranakan yang beragama Islam dari hasil perkawinan antar bangsa. Penyebaran islam terjadi tidak hanya melaui pernikahan dan perdagangan, tetapi penyebaran islam berlanjut setelah adanya ulama di Indonesia mealalui pengembangan Dakwah.
2.5 Presfektif Ekonomi
Hubungan perdagangan yang terjadi pada masa kerajaan di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan pantai, Negara perniagaan dan Negara yang berkuasa di laut. Kekuatan serta kekayaan disebabkan oleh perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan Eropa. Jalan tersebut selama 15 abad mempunyai arti yang penting dalam sejarah. Sriwijaya adalah pusat perdagangan penting yang pertama pada jalur ini, kemudian diikuti oleh tempat-tempat atau kota-kota lain. Perdagangan di Indonesia yaitu di kerajaan-kerajaan tradisional disebutkan Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik di mana pengaruh raja-raja dari kepala-kepala negeri dalam perdagangan itu sangat besar. Dalam perkembangannya kapitalsme semacam itu terbagi atas dua bentuk yaitu kapitalisme modern dan kapitalisme perdagangan.
Perniagaan disana tidak hanya perdagangan dan pelayaran pantai di kawasan Nusantara tetapi juga perdagangan seberang laut melalui Malaka ke Samudera Hindia. Secara konseptual, di sini samudera Hindia lebih luas dari yang tertera di peta sekarang. Dalam pengertian ini, selain samudera Hindia menurut peta itu, tercakup pula laut-laut Nusantara, Teluk, Persia, dan Laut Merah yang sesungguhnya merupakan perpanjangan dari Samudera Hindia. Dengan demikian seluruh wilayah pesisir Asia dan Timur Tengah yang “dibasahi” oleh samudera Hindia tersebut di atas, merupakan suatu system komunitas yang terpadu. Melalui system itu berbagai pelabuhan di Laut Merah, teluk Persia, Laut Arab, Samudera Hindia, Laut Jawa dan Laut-laut dalam lainnya di Nusantara, menjadi suatu kesatuan interaksi yang sedikit-banyaknya mempengaruhi sejarah wilayah-wilayah itu, terutama sejarah ekonomi.[21]
Dari uraian diatas dapat dianalisis bagaimana hubungan ekonomi antara Mesir, Afrika, dan Indonesia. Melalui perdagangan ini tidak hanya menyebar agama, transformasi budaya, tetapi juga erat hubungannya dengan kepentingan perekonomian satu sama lain. Pada saat pelaut Indonesia berlayar ke Afrika timur membawa tujuan untuk berdagang, begitupun saat bangsa Arab melakukan invansi di Mesir hingga akhirnya Mesir menjadi pusat penyebaran Islam, dan Invansi tersebut berlanjut sampai ke Afrika, sehingga melalui Afrika timur dipertemukanlah ke tiga Negara ini dalam sebuah perdagangan. Jadi, penaklukan daerah-daerah erat sekali hubungannya dengan struktur ekonomi daripada kapitalisme keuangan.
Perbedaan antara Asia Tenggara dengan wilayah lainnya di awal era modern ini tidak penting. Debandingkan tidak saja dengan Eropa tetapi juga dengan  bagian lain dari Asia, di Asia Tenggara tidak terdapat perlindungan yang tegas terhadap milik pribadi sehingga menghambat perkembangan lembaga-lembaga keuangan dan mencegah akumulasi modal tetap. Namun kelemahan penting yang terdapat di setiap pusat perdagangan tersebut tidak memungkinkan untuk mengembangkan solusi-solusi jangka pendek ke dalam jalur-jalur alternative guna pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.[22]
Dibandingkan dengan Negara-negara berkembang lainnya, maka pemerintah Mesir menguasai sebagian besar sektor publik, disertai dengan berlakunya berbagai peraturan yang sangat ketat. Ketatnya peraturan yang membatasi kemungkinan terlibatnya kalangan swasta telah menghambat pula arus penanaman modal Asing yang dibutuhkan bagi modernisasi perekonomian mesir, khususnya berkaitan dengan dilancarkannya program industrialisasi di dalam negerinya.[23]



[1] Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika. (Yogyakarta:2012) hlm. 7
[2] Slamet Muljana, Menuju Puncak Kemegahan. (Yogyakarta. 2012). Hlm. 113
[3] Drs. N. daldjoeni, Geografi Kesejarahan  1 (peradaban dunia). Bandung: 1987. Hlm. 30
[4] Ibid. Hlm. 44
[5]  Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika. (Yogyakarta:2012) hlm. 4-5
[6] Drs. N. daldjoeni, Geografi Kesejarahan  1 (peradaban dunia). Bandung: 1987. Hlm. 53
[7] Riza Sihbudi dkk, Profil Negara-negara Timur Tengah. Jakarta: 1995. Hlm. 145
[8] Yusni Pakaya, Sejarah Indonesia sampai dengan 1500 M. Yogyakarta: 2012. Hlm. 16
[9] Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika. (Yogyakarta:2012) hlm. 213
[10] S. Nasution. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: 2011. Hlm. 3
[11] S.J. Rutgers, Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.Yogyakarta: 2012. Hlm. 108
[12] Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: 2007. Hlm. 213
[13] Riza Sihbudi, dkk. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: 1995. Hlm.151
[14]  Drs. N. daldjoeni, Geografi Kesejarahan  1 (peradaban dunia). Bandung: 1987. Hlm. 43
[15] Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: 2007. Hlm.  59
[16]  Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: 2007. Hlm. 217-223
[17] Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika. (Yogyakarta:2012) hlm. 7-8
[18] Darsiti Soeratman, Sejarah Afrika. (Yogyakarta:2012) hlm 8
[19] Riza Sihbudi, dkk. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: 1995. Hlm. 145-146
[20] Yusni Pakaya, Sejarah Indonesia sampai dengan 1500 M. Yogyakarta: 2012. Hlm. 75-76
[21] R.Z Leirissa. Sejarah Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: 2012. Hlm. 13-18
[22] Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia. Yogyakarta: 2009. Hlm. 43
[23] Riza Sihbudi, dkk. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: 1995. Hlm. 147