Minggu, 21 September 2014

HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN JEPANG)


Makalah
“HISTORIOGRAFI ASIA TIMUR (CINA DAN JEPANG)”

 
 

“Untuk memenuhi syarat dalam mengikuti mata kuliah Historiografi Sejarah,
Yang diampuh oleh Bapak Helman Manay S.Pd, M.Hum”


OLEH:

KELOMPOK I
Rezki Desmita
Nur Ivansyah Adam
Nyoman Yasa
Andri Yusuf Gani
Farlina Ridwan

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
2014





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Wilayah Asia Timur secara geopolitik terdapat 8 negara yang memiliki kebudayaan berbeda-beda. Asia Timur telah melewati perjalanan yang amat panjang, yang telah dibagi dalam beberapa periodesasi, mulai dari zaman prasejarah, zaman klasik, hingga zaman modern. Periodesasi sangat penting dalam historiografi karena merupakan tubuh carita sejarah. Untuk Asia Timur sendiri khususnya Cina dan Jepang akan dibahas mengenai penulisan sejarah berdasarkan periodesasi tadi, dalam sejarah Cina terdapat Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa. Seperti dinasti Chou, Dinasti Ch’in, dan Dinasti Han. Kemudian Jepang, yang dikenal dengan sistem kekaisaran serta rupanya banyak terdapat pengaruh dari luar, kebudayaan yang banyak berpengaruh di negara Jepang ialah kebudayaan Cina. Khususnya pengaruh dalam bidang Kesusasteraan, yang tampak pada dua hal yakni bentuk-bentuk tulisan dan filsafat Cina.
Asia Timur yang dikenal memiliki perdaban di benua Asia tertua di dunia, sangat menarik jika mengkaji mengenai sejarah penulisan sejarah (historiografi), yang akan diawali dalam sejarah pertama mengenal tulisan bagi negara Cina dan Jepang, kemudian akan diperluas melalui pembahasan perkembangan historiografi dari masing-masing negara.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur, khususnya di Cina dan Jepang?
2.      Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur khususnya di Cina dan Jepang?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui perkembangan penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur, khususnya di Cina dan Jepang.
2.      Mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi penulisan sejarah (historiografi) di Asia Timur.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Historiografi Asia Timur
Sejarah historiografi yang terdapat di Asia Timur begitu penjang, seiring dengan perjalanan waktu yang dilaluinya, dalam hal ini historiografi negara Cina dan Jepang. Dari dua negara ini sama-sama memiliki prestasi dalam mengukir sejarah. Dalam membahas historiografi Asia Timur, akan dibagi menjadi dua jenis, Historiografi Jepang dan Historiografi Cina.
2.1.1        Historiografi Jepang
Jepang merupakan salah satu Negara yang berada di Asia Timur yang memiliki perjalanan peradaban yang panjang. Sebagaimana Negara yang diberbagai belahan dunia lainnya, Jepang juga memiliki sejarah panjang, dan hal ini tentunya tidak bisa lepas dari yang namanya Historiografi. Di Negara Jepang tidak memiliki arsip nasional pusat, sehingga institut Historiografi dan Universitas Tokyo yang melayani sebagai gantinya. Sejarah juga merupakan salah salah satu bidang akademis yang populer di jepang sekarang. Dalam perkembangan historiografi di jepang mendapat pengaruh dari berbagai teori sejarah, seperti pengaruh teori Budhisme.
Ciri khusus historiografi Jepang ialah berkembang lebih menjurus untuk menghasilkan sejarah domestik dari pada membentuk sistem-sistem tafsiran yang penting. Tidak ada satu pun sejarah nasional di luar dunia Barat, yang menunjukkan  bentuk-bentuk tafsiran yang demikian rumit dan aneka ragam seperti sejarah nasional Jepang. Adapun kejadian-kejadian dalam sejarah Jepang kini telah memperoleh  kedudukan yang utama dalam rangka dasar historiografi dunia, oleh karena sejarah Jepang telah disajikan dalam bentuk yang mengesankan oleh bangsa Jepang. Satiap segi dari sejarah Jepang dikerjakan oleh ahli arsip yang profesional, ahli monograf yang terpelajar, dan ahli pengolahan secara penafsiran yang memperhatikan perkembangan modern dari filsafat dan metodologi sejarah.
Dengan demikian, perkembangan historiografi di Jepang dapat kita lihat dari beberapa pembagaian periodesasi, serta pembagian berdasarkan jenis historiografi, Jepang juga memiliki penulisan sejarah yang awalnya dapat dibagi tiga bagian, sebagai berikut:
a.      Historiografi Jepang Kuno
1. Kojiki (720) adalah catatan mengenai masalah-masalah kuno. Kojiki menceritakan masalah rakyat jepang dari zaman dewa-dewa melalui berdirinya kekuasaan Yamato sampai berakhirnya pemerintahan Ratu Suiko tahun 623. Keluarga kekhaisaran mengajukan haknya untuk berkuasa karena keturunan langsung dari Amaterasu[1], Dewa Matahari.
2. Nihon Shoki (720) atau Babad Jepang. Nihon Shoki ditulis dalam bahasa Cina dan didasarkan pada model-model Cina. Nihon Shoki mencatat 660 SM sebagai kenaikan tahta Jimmu (Kaisar Pertama) [2], suatu yang meragukan sejarah modern. Nihon Shoki dengan lima sejarah resmi berikutnya yang mencatat tentang kejadian istana kekaisaran sampai tahun 887 dikenal sebagai Rukkokushi (Enam Sejarah Nasional).
3. Pada abad ke-10 muncul penulisan sejarah partikelir seperti monogatori (hikayat) dan kagami (cermin-cermin) yang merupakan contoh gaya sejarah, seperti cerita tentang genji yang ditulis dalam bahasa Jepang, Ogama (Cermin Besar) merupakan karya terkenal yang memadukan antara sejarah Jepang abad 11 dengan bangkitnya sejarah keluarga Fujiwara yang kemudian menguasai istana[3], namun banyak mendapat ancaman.
b.      Historiografi Tradisional Jepang
Historiografi tradisional Jepang dapat dikategorikan menjadi tiga, historiografi itu antara lain adalah:
1.      Zaman Pertengahan
Menjelang abad ke-12 karya-karya sejarah Jepang banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep karma dan keselamatan dari Budhis. Sejarah kepahlawanan yang paling terkenal adalah mengenai perang antara Minomoto dan Taira (Heike Monogatori), ditulis dan dibacakan terutama untuk pesan pendidikan. Penulisan sejarah pada umumnya dilakukan oleh para pendeta yang percaya pada uraian-uraian Budhis mengenai naik turunya peruntungan bagi keluarga dan perorangan. Tahun 1222-1282 Nichiren mengemukakan bahwa Jepang adalah negara yang dikodratkan untuk menyempurnakan kepercayaan Budhis. Gukhanso (bunga rampai dari pandangan-pandangan yang kurang mengerti) oleh pendeta Fujiwara Jien (1155-1225) yang menganjurkan konsep kepemimpinan konfusius untuk perilaku nasehat kaisar. Jinno Shotaki (catatan asal-usul yang benar dari kaisar-kaisar kedewaan) oleh Jendral Kitabakke Chikafusa (1291-1354), yang ditulis untuk memberitahukan bahwa ia lahir dari cabang keluarga kaisar.
2.      Zaman Tokugawa
Masa Tokugawa[4] (1600-1868) terjadi masa kebesaran penulisan sejarah Jepang sebelum zaman modern. Muncul perhatian baru mengenai studi kojiki yang memusatkan perhatian kembali pada kekaisaran. Hal ini menimbulkan unsur kebangsaan yang hidup terus dalam masyarakat Jepang. Daftar kumpulan sejarah yang terpenting adalah Tokugawa Jikki (Sejarah yang benar mengenai keluarga Tokugawa) yang dibuat tahun 1809 dan 1849 Honcho Tsugan (Cermin besar mengenai Jepang) yang selesai dibuat pada 1670 oleh keluarga Hayosi yang dibuat untuk meligitimasi kekuasaan Tokugawa. Dai Nihon Shi (Sejarah Jepang) disusun dibawah lindungan cabang Mito dari keluarga Tokugawa. Hokuseki (1657-1725) yang menulis tentang Dokushi Yoron (Komentar Sejarah Jepang)yang berisi tentang sistem periodisasi yang didasarkan atas perubahan-perubahan kekuasaan politik Koshi tsu (survei sejarah kuno). Rai Sanyo (1780-1830) menulis Nihon gaishi (Sejarah jepang tidak Resmi,)yang melanjutkan tradisi cerita sejarah yang berpusat pada kaisar Kitabatake. Honawa Hokiichi (1746-1821) dan anaknya yang menulis Gunshu Ruiju (teks yang diklasifikasikan) yang merupakan perbandingan teks-teks sejarah.
3.      Zaman Meiji[5]
Masa ini adalah masa peralihan dari historiografi tradisional ke historiografi modern. Karya yang penting pada masa ini adalah Koji-ruien (ensiklopedia hal-hal kuno) yang disusun oleh Kementerian Urusan Kuil-kuil (1879-1913). Terjadi dua arus historiografi pada masa ini, yakni: resmi (mencoba mempertahankan nasionalisme Jepang) dan Swasta yang lebih bersifat internasional yang banyak mengambil konsep-konsep Barat (Bummei ron no gairyaku dan Nihon kaika Shosi). Ludwig Reiss (1861-1928) dari Jerman yang diundang ke Tokyo untuk mendirikan jurusan sejarah di Universitas tokyo. Tahun 1895 Universitas Tokyo menyusun Dai Nippon Shiryo (Bahan-bahan Sejarah Jepang).

c.       Historiografi Modern Jepang
Zaman permulaan historiografi modern ditandai oleh hasil yang nyata menurut empat garis besar sebagai berikut:
1.      Kesempurnaan dari suatu metodologi sejarah modern.
2.      Penulisan studi-studi monografi secara khusus mengenai pranata-pranata dan aspek-aspek yang khas dari peradaban Jepang.
3.      Persiapan survei-survei sejarah secara umum.
4.      Penerbitan buku-buku referensi dan bahan-bahan sumber.
Banyak karya yang dihasilkan pada masa ini, misalnya: Kokushi No Kenkyu (1908), Nihon Bunkahi (1922), Sogo Nihon Shi Takei (1926), Nishida Naojiro, Tuda Sokichi, Honyo Eijiro, Ono Takeo dan Tsuchiya Takao. Selain itu juga muncul perhimpunan-perhimpunan sejarah seperti:
·         Shigakhai (Masyarakat Sejarah Jepang)
·         Keizaishi Kenkyukai (Masyarakat untuk Studi Sejarah Ekonomi)
·         Shakai Keizaishi Gakkai (Masyarakat Sejarah Sosial dan Ekonomi)
·         Reikishigaku Kenkyukai (Masyarakat Ilmu Pengatahuan Sejarah)
Tahun 1930 Jepang mengadakan ekspansi ke daratan  melancarkan perang pasifik. Hal ini menyebabkan adanya perpecahan di kalangan sejarawan:
1.      Sejarawan Marxis:
·         Menulis kembali perkembangan nasional Jepang
·         Kritik Kapitalis dan imperialis
·         Muncul buku Nihon Shihonshugi Shi Kaza tahun 1932 (Esai mengenai sejarah perkembangan kapitalisme di Jepang).
2.      Sejarah Nasionalis:
sejarah untuk propaganda, tentang keunggulan-keunggulan tanpa banding dan mitos-mitos.
Perkembangan Historiografi Jepang semenjak tahun 1950 sampai sekarang :
a)      Terbit ensiklopedia baru, sejarah-sejarah survei baru dan karya-karya penelitian dasar.
b)      Seluruh literatur sejarah Jepang pada hakekatnya telah diperbaharui, seri dokumen baru yang menyusuri lebih dalam sampai maslah-masalah kecil mengenai kegiatan pemerintahan maupun ekonomi dengan kecermatan dan ketetapan yang baru.
c)      Sangat empiris dan sedikit sekali dipengaruhi oleh masalah-masalah yang bias penafsirannya.
2.2        Historiografi Cina
            Cina merupakan suatu bangsa yang memiliki sejarah tertua yang tidak terputus di dunia. Pada mulanya sejarah Cina merupakan perpaduan antara cara-cara magico-religio dengan penyimpanan catatan. Hal ini mempunyai akibat sangat besar terhadap tradisi sejarah di negeri Cina.  Seperti Kaisar Kuning (Huang Ti), untuk pertama kali melakukan penunjukkan sejarawan- sejarawan istana. Huang Ti merupakan salah satu pembentuk legendaris kebudayaan Cina.
1.      . Pandangan Orang Cina Tentang Sejarah.
Istilah shih (sejarah) dalam terminologi Cina memiliki bermacam-macam arti. Konsepsi Cina mengenai sejarah ditentukan oleh unsur-unsur tertentu dalam pandangan orang Cina mengenai dunia.[6] Adapun unsur-unsur penentu itu adalah; etnosentris[7], holisme[8], pandangan bahwa sejarah adalah tanggung jawab yang berasal dari zaman keemasan, konsep siklus dalam sejarah politik, dan pandangan bahwa ada dinamika moral dalam berbagai kegiatan manusia.
2.      Bidang dan Tujuan Historiografi
Tujuan penulisan sejarah terikat dengan keinginan kelas pejabat negara pada umumnya, yaitu memelihara stabilitas dan ketentraman dengan cara menjalankan pemerintahan dan menegakkan pengawasan sosial, memelihara kekolotan Confusianis, memelihara etika-etika dasar Confusianis dalam masyarakat, pada bidang  kesusasteraan dan kesenian, serta melindungi kedudukan golongan literati dan gentry dari ancaman kaisar yang otokratis atau golongan yang haus kekuasaan.
Ruang lingkup penulisan sejarah Cina berkisar pada beberapa hal yang erat kaitannya dengan penulisan sejarah itu sendiri, yaitu pemusatan perhatian yang besar terhadap sejarah politik dan pelajaran mengenai stabilitas dan perubahan, sejarah pranata, bagian ekonomi (fungsi reguler pemerintahan), geografi (sekarang dinamakan geografi administratif), biografi, sedikit perhatian terhadap kelompok-kelompok yang berlawanan dengan golongan literati, dan sedikit tentang agama-agama yang dianggap murtad.    
3.      Metode Sejarah
Metode yang digunakan sejarawan Cina dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, metode pencatatan kejadian-kejadian komtemporer. Para sejarawan istana bertugas mencatat setiap hari segala peristiwa istana. Sejarawan tak resmi, mencatat peritiwa-peristiwa yang dialaminya. Kedua, metode kompilasi (pengumpulan dan penyusunan) berdasarkan urutan waktu dari setiap catatan-catatan peristiwa. Dari masa ke masa sejarawan istana mengedit dan mengambil intisari catatan sehari-hari serta menyusunnya berdasarkan urutan waktu (kronologis). Hal serupa juga dilakukan oleh sejarawan tak resmi.
4.      Modernisasi Historiografi
Historiografi tradisional Cina yang telah berlangsung kurang lebih 1000 tahun terhenti karena adanya beberapa hal yang mempengaruhi perkembangannya, yaitu terjadinya fase-fase runtuhnya sistem kekaisaran di Cina dan masuknya pengaruh Barat. Gerakan pembaharuan sejarah Cina, mulai nampak pada gerakan 4 Mei 1919 M. yang dimotori para sejarawan muda yang telah dipengaruhi oleh pikiran Barat. Banyak di antara mereka pernah belajar di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat. Gerakan ini pada dasarnya mencari suatu kebudayaan baru Cina yang dapat diterapkan  pada kebutuhan masyarkat modern. Pada masa ini buku-buku klasik tidak lagi dipandang sesuatu yang suci, dan secara teliti mulai diselidiki kembali keasliannya sehingga dapat dipercaya sebagai dokumen sejarah. Dengan menggunakan teknik-teknik penelitian lapangan yang berasal dari Barat dalam mempelajari kehidupan desa, cara pemujaan populer dan folklore.
Semua temuan dipergunakan untuk lebih mengetahui kebudayaan tradisional populer. Di samping itu digunakan pula metode perbandingan dan meninggalkan kebiasaan lama sejarawan kuno. Usaha-usaha pembaharuan itu telah menghasilkan penemuan-penemuan baru dan cara baru untuk mengetahui kehidupan pada masa lalu melalui peninggalan-peninggalan kuno. Dengan demikian sejarah analitis yang didasarkan pada hipotesa-hipotesa telah menggantikan cara-cara kompilasi yang telah menjadi tradisi kuno.
Tahun 1930-1945 menjadi masa suram bagi sejarah Cina akibat dari serangan Jepang. Pada tahun 1945-1949, pemerintah nasionalis bersikap tidak toleran terhadap pendapat yang berbeda, sehingga keadaan menjadi tegang dan penindasan makin banyak terjadi. Tahun 1949 para sejarawan harus memilih untuk tinggal di Cina atau menyingkir ke Taiwan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka memilih tetap tinggal di Cina. Setelah tahun 1949 ada dua pusat penelitian sejarah yaitu Republik Rakyat Cina (RRC) dan Republik Cina di Taiwan.
Sejak tahun 1949 sejarawan RRC selalu dipaksa pemerintah komunis untuk menyempurnakan penguasaan atas Marxisme dan menggunakan teori-teori Marxis guna memunculkan sejarah baru dengan segera, yang cocok dengan pemerintahan itu. Pada umunya alasan-alasan dogmatik telah mengakibatkan studi sejarah di Cina menjadi steril. Di Taiwan, Acamedica Sinica dihidupkan kembali. Universitas Nasional Taiwan mempunyai fakultas sejarah, dengan demikian terbitan terdahulu dari Academica Sinica dicetak kembali, akan tetapi suatu kenyataan bahwa masyarakat sejarah di Taiwan sangat terbatas.
Dalam sejarah historiografi cina, dibagi beberapa masa dinasti yang pernah berkuasa di cina pada waktu itu, sebagai berikut:
1.      Dinasti Shang (1751-1111 SM)
Mengenai Dinasti Shang (1751-1111 SM), arkeologi modern membuktikkan bahwa peramal istana dinasti Shang, telah menyimpan “arsip-arsip” ramalan mereka yang dituliskan pada tulang dan batok kura-kura. Masa awal dinasti Chuo (1111-221 sM). Catatan terpisah-pisah, terutama bab tertentu dari Shu Ching atau “Sejarah Klasik” mencerminkan suatu minat yang terus- menerus pada sejarah keturunan para raja, tata cara dan legitimasi politik. Zaman negara-negara berperang (Chan Kuo, 481-221 sM), untuk pertama kalinya muncul pemikiran-pemikiran Cina yang sistematis. Kebiasaan yang selalu mengambil tokoh-tokoh sejarah merupakan faktor penting dalam pemikiran Cina.
2.      Dinasti Han (Ch’ien Han, 206 sM-9 SM).
Masa dinasti Han awal (Ch’ien Han, 206 sM-9 sM). Sejarawan agung Ma-ch’ien  menulis Shih Chi, kitab sejarah pertama yang memuat sejarah Cina dari zaman yang samar-samar sampai pada kira-kira tahun 100 sM.  Masa dinasti Han Kemudian (Hou Han, 25-220 M). Pan Ku, sejarawan istana, menulis kitab sejarah yang merupakan buku pertama dari rangkaian “sejarah dinasti” (tuan-tai shih). Buku ini diberi nama Sejarah Dinasti Han Awal (Ch’ien Han Shu). Buku Shih Chi dan Ch’ien Han Shumenjadi model yang ditiru para sejarawan lainnya untuk penulisan buku-buku sejarah dinasti pada masa kemudian.
Zaman Perpecahan (220-589 SM), dominasi bangsa ‘barbar’. Budhisme perlahan merembes ke dalam pemikiran bangsa Cina, namun demikian Budhisme hanya berpengaruh sangat kecil terhadap pemikiran kesejarahan Cina. Masa awal zaman ini merupakan zaman besar kedua pemikiran kreatif Cina. Liu Hsieh (9465-522 SM), menulis sebuah buku besar mengenai kesusasteraan. Sebagian buku ini membahas pula berbagai masalah historiografi yaitu pentingnya prinsip-prinsip umum, batasan-batasan untuk memilih hal-hal khusus, ukuran untuk mempercayai materi, serta persoalan keobyektifan dan prasangka.
3.      Dinasti Tang (618-906)
Dinasti Tang (618-906) Zaman keemasan kesenian dan kesusasteraan. Untuk pertama kalinya sejarah menjadi bahan baku dalam kurikulum ujian negara. Seorang pejabat negara Tu Yu (735-812) berusaha membebaskan diri dari tradisi-tradisi catatan dinasti dan menulis T’ung Tien berbentuk ensiklopedia dan dianggap sebagai sejarah institusional Cina yang pertama. Pada masa awal Tang diadakan perluasan atas aparat birokrasi yang bertugas mencatat peristiwa-peristiwa, memproses dokumen, memelihara arsip dan menulis sejarah.  Dalam menyusun sejarah dinasti, komisi-komisi kekaisaran telah menggantikan pengarang perseorangan. Gejala ini mengawali adanya pembagian historiografi resmi dan tidak resmi yang terus berlangsung sampai berakhirnya sistem kekaisaran.
4.      Dinasti Sung (960-1279 M)
Penulisan sejarah para neo-Confusianisme memperlihatkan suatu kecermatan baru dalam menulis sejarah, kecenderungan untuk menggunakan sumber-sumber tak resmi dan usaha keras untuk menerangkan secara rasional yang dikombinasikan dengan kepercayaan kuat akan kekuatan moral. Seorang sejarawan besar pada masa ini adalah Su Ma-kuang (1019-1089), karyanya yang terkenal Tzu-chih t’ung-chien merupakan sejarah Cina dari tahun 403 sM hingga tahun 959 M diatur berdasarkan tahun, dan disajikan dengan jelas.
5.      Dinasti Ming (1368-1644 M)
Pada masa Dinasti Ming, Cina mengalami masa kejayaan yang dibawah pimpinan kaisar Yen Wang (1403-1424) yang lebih dikenal dengan nama Yung Lo, seorang diplomat ulung, pada masa pemerintahannya dikirimkanlah ekspedisi-ekspedisi angkatan laut ke Kamboja, Cochin Cina, Thailand, Sumatera, Jawa, India, dan Sailan. Daerah-daerah yang dikunjungi ini dibujuk untuk mengakui Cina sebagai yang dipertuan. Tokoh ekspedisi yang terkenal adalah Laksamana Cheng Ho, dengan dibantu sekretarisnya, Ma Huan. Kebesaran Yung Lo yang lain adalah: ia memerintahkan 2000 orang penulis untuk menyusun suatu kamus. Ensiklipedia ini terdiri dari 11.000 jilid, dengan judul Yung Lo Ta Tien. Selain itu, semasa Dinasti Ming, pelayaran-pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho dicatat dalam sebuah buku Ma Huan dengan judul Ying Yai Shen Lan dan buku Fei Hsin dengan judul Hsing Cha Shen Lan.
6.      Dinasti Manchu (Ching, 1644-1911 M)
Pada masa ini muncul perasaan yang tidak puas atas kekolotan neo-Confusianisme, yang menyebabkan timbulnya suatu gerakan kritik yang sangat penting, yaitu empirisme-rasional menjadi inspirasi lahirnya prinsip dan metode baru dalam geografis-historis, epigrafi, ilmu purbakala dan bidang-bidang lain. Ketika sistem kekaisaran runtuh, metode dan semangat keraguan sejarawan pun tergambar secara luas dalam modernisasi historiografi Cina.

  
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1  Simpulan
Historiografi jepang dimulai dari historiografi tradisional, ada empat model penulisan sejrah tradisional di jepang, dua diantaranya adalah Koiji dan Nihon Shoki. Yang mana, kojiki merupakan tulisan yang mengenai masalah-masalah pada zaman kuno, yang membahas tentang rakyat cina. Semula tidak banyak berpengaruh kepada sejarawan jepang. Namun pada abad ke-18, ketika sarjana-sarjana nasionalis menemukannya di dalam himpunan arsip, unsur-unsur masyarakat yang dicita-citakan didasarkan atas nilai-nilai “Jepang murni”, dan itu menjadi sumber yang terpuji dari pandangan sejarah jepang. Kemudian  Nihon Shoki adalah sebuah babad jepang yang di tulis dalam bahasa cina, inilah bagian dari pengaruh negara lain terhadap historiografi jepang. Dalam babad jepang ini ditulis mengenai tahta jimmu (kaisar pertama). Kemudian historiografi jepang berkembang dalam beberapa zaman, seperti zaman tokugawa (penulisan sejarah sebelum zaman modern),  zaman Meiji (memeprtahankan masa lampau jepang dalam bentuk ilmu pengetahuan), hingga historiografi modern.
Dalam historiografi  cina telah berkembang seiring dengan dinasti-dinasti yang pernah berkuasa, antara lain historiografi zaman dinasti sang, yang mana pada zaman ini para peramal istana telah mencatat ramalan-ramalannya mengenai istana dalam sebuah batok kura-kura dan tulang. Sedangkan metode historiografi,  sejak zaman dahulu pemeliharaan catatan dan penulisan sejarah merupakan fungsi resmi. Penyusunan peristiwa sejarah khusus secara kronologis berasal dari sistem yang dipergunakan di istana dalam memelihara catatan. Jadi, sejak zaman dinasti sudah ada metode kronologi yang dipakai dalam menulis catatan di cina.
3.2  Saran
Dalam menulis sebuah makalah atau karya ilmiah lainnya, alangkah baiknya tidak hanya mengandalkan satu referensi saja. Dan kepada dosen pembimbing mata kuliah sebaikanya memberikan bimbingan berupa saran atau kritikan yang membangun terhadap metode penyusunan sebuah makalah untuk menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Arthur W. Wrght, Historiografi Cina,dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo (ed).  Ilmu Sejarah dan Historiografi. 1985. Jakarta: P.T Gramedia

Leo Agung, Sejarah Asia Timur 1. 2012. Yogyakarta: Ombak

Steven Grosby, Sejarah Nasionalisme. 2011. Yogyakarta: Pustaka Pelajar









[1] Amaterasu merupakan dewa matahari yang disembah suku Yamato pada masa kuno, (lihat: Steven G- Sejarah Nasionalisme: 2011: 90)
[2]  Pada kenaikan kaisar pertama (tahta Jimmu) disebut sebagai berdirinya negara Jepang pada 660 SM (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia Timur 1. 2012: 95)
[3] Kekuasaan keluarga Fujiwara banyak menuai ancaman karena hanya mementingkan kepentingan keluarga (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia Timur 1. 2012: 95)
[4]  Keluarga yang pernah berkuasa di jepang, dan memiliki kepercayaan bahwa keluarga Tokugawa merupakan keturunan Amaterasu Omokami (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia Timur 1. 2012: 104)
[5] Pemerintahan yang dibawah kekuasaan Kaisar Meiji, yang dikenal dengan Restorasi Meiji. (Lihat: Leo Agung- Sejarah Asia Timur 1. 2012: 109)
[6]  Arthur W. Wrght, ilmu Sejarah dan Historiografi. 1985. Jakarta: P.T Gramedia (hal. 75)
[7] Etnosentris berasal dari isolasi kebudayaan Cina. (lihat: Tufik Hidayat, Ilmu Sejarah dan Historiografi: 1985:75)
[8] Holisme adalah pandangan bahwa manusia dan kejadia-kejadian alam saling berkaitan secara menyeluruh.