Luas Negara Libanon sekitar 10.400
km² (4.015 mil). Wilayah Libanon terbagi dalam empat wilayah besar, yaitu
dataran pantai (coastal plain), Lembah bekaa (Biqa), pegunungan Libanon, dan
pegunungan anti Libanon. Dataran pantai
murupakan sebuah wilayah yang tidak begitu luas, tetapi cukup penting karena
terdapat kota-kota terbesar di Libanon seperti Beirut, Tripoli, dan sidon.
Peristiwa-peistiwa bersejarah yang
penting sebagian besar terjadi di pegunungan Libanon. Pada abad ke-7, ketika
pasukan islam menduduki Semenanjung Arabia, pegunungan Libanon dijadikan tempat
mengungsi golongan Maronit dan golongan-golongan lain yang menentang kehadiran
pasukan islam. Baik di bawah kekuasaan khalifah Dinasti umayyah (660-750)
maupun dinasti Abasiyah (750-1258), para penduduk pegunungan Libanon masih
tetap mempertahankan.
Dalam sejarah tidak pernah ada suatu negara pun yang bernama Lebanon. Hanyasanya
nama Lebanon digunakan untuk deretan pegunungan di negeri Syam, mulai sebelah
Timur Laut hingga Barat Daya negeri itu sepanjang ± 170 km. Daerah itu dihuni
oleh beberapa golongan yang mayoritas beragama Kristen, seperti golongan Maradah
dan Jarajimah
yang menempatinya sejak abad ketujuh Masehi. Terdapat juga golongan Kristen Maronit
yang pindah ke gunung Lebanon di masa Khalifah Marwan bin Al-Hakam (745 –
746 M). Sedangkan golongan Druze, yang bertempat di bagian
tengah dan selatan, telah menghuni daerah itu sejak akhir abad ke-12 Masehi.
Di masa Khulafaaul Umawiyyin, golongan
Kristen Jarajimah
pernah memberontak pada Khilafah Islam akibat fitnah yang
dihembuskan oleh pemerintah Bizantium. Kemudian khalifah Walid bin Abdul Malik (86
– 96 H) mengutus pasukan pemerintah dibawah panglima Maslamah bin Abdul Malik
untuk menumpasnya dan berhasil menggagalkan usaha para pemberontak itu.
Orang-orang Kristen Lebanon
telah membantu tentara Salib sewaktu mereka menyerang wilayah Syam. Untuk
ketiga kalinya usaha mereka berhasil dipatahkan, dan setelah itu tidak terjadi
lagi pemberontakan hingga masa Khilafah Utsmaniyah. Pada waktu itu
penduduk kota Kisirwan memberi peringatan kepada pemerintah bahwa
mereka akan memberontak kalau tidak diberikan hak otonomi untuk mengatur
daerahnya, dengan dukungan Perancis. Akhirnya, akibat tekanan-tekanan berat
dari negara-negara Eropa (khususnya Perancis), pemerintah Khilafah terpaksa
membagi deretan pegunungan tersebut menjadi dua daerah administratif dengan
wewenang penuh, satu untuk Kristen Maronit dan satu untuk golongan Druze.Langkah
inilah yang mengawali terbentuknya pemerintahan Kristen Lebanon, khususnya
setelah terjadinya pertempuran antara Druze dan Maronit pada tahun 1843, 1844
dan 1860 yang sebelumnya memang telah direncanakan oleh Inggris dan Perancis
dengan tujuan untuk memisahkan daerah Lebanon dari Khilafah Islam.
Setelah beberapa pertempuran
itu, pasukan Perancis menyerbu sebagian wilayah Syam, yang sekarang menjadi
negara Siria (Suriah) yang dibentuk oleh Inggris pada abad ke-19 M. Sejak saat
itu negara-negara besar (Eropa) telah memperkuat kekuasannya di wilayah
tersebut. Mereka membuka sekolah-sekolah asing, mendatangkan misionaris dan
mendirikan organisasi-organisasi rahasia untuk melemahkan khilafah Islam dan
menguatkan kekuasaan kaum Nasrani di kawasan Lebanon.
Mereka telah menjadikan
Lebanon sebagai basis politik dan ideologi Barat di wilayah Islam, dan sebagai
jembatan bagi mereka untuk melebarkan kekuasaannya ke daerah-daerah lain.
Setelah Perang Dunia I, Perancis telah menguasai daerah Siria dan Lebanon
berdasarkan perjanjian Sikes-Piko antara Inggris dan Perancis. Pada waktu itu
panglima Perancis, Jendral Gorouw, di tahun 1920 telah mengumumkan
bergabungnya beberapa daerah Siria ke daratan Lebanon, yaitu Tripoli, Bekka’, Akkar,
Seddun dan Shuur (Tier). Seluruh daerah tersebut berpenduduk
muslim, tetapi digabungkan dengan pemerintahan Kristen untuk mendirikan negara Lebanon Besar.
Jadi, negara Lebanon sebenarnya adalah sebagian dari wilayah Syams yang
menjadi jajahan Perancis, dan dimerdekakan pada tahun 1943.
Atas dasar perjanjian antara
sebagian pemimpin Siria, seperti Syukri Al-Quwathli, dan sebagian
pemimpin Lebanon, seperti Abdul Hamid Karamah, pada waktu itu disepakati untuk
menjadikan Lebanon sebagai negara koalisi yang dikuasai oleh kaum Muslimin dan
Kristen, disertai syarat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh minta bantuan
militer dari Barat dan kaum Muslimin tidak minta bantuan kaum muslimin lain
dari luar, khususnya dari Suriah.
Walaupun banyak negara yang
mengakui kemerdekaan Lebanon sebagai salah satu negara anggota Liga Arab,
Suriah tetap tidak mengakui kemerdekaannya hingga tahun 1975 dan menolak adanya
hubungan diplomatik, meskipun diminta oleh negara Kristen Lebanon. Suriah
menolak eksistensi Lebanon karena tetap mengklaim Lebanon sebagai bagian dari
wilayahnya. Oleh karenanya Suriah menjadikan urusan Lebanon sebagai wewenang
Menteri Dalam Negeri, bukan Menteri Luar Negeri.
Demikianlah latar belakang munculnya negara Lebanon, sekaligus menunjukkan
bahwa Lebanon adalah sebagian dari Siria, dan akan tetap menjadi salah satu
bagian dari wilayah kaum muslimin Syam hingga Hari Kiamat.
Penyebab Krisis Lebanon tak
lain adalah MUNCULNYA negara Lebanon itu sendiri, dan berkuasanya golongan
Kristen Maronit di puncak pemerintahan. Para pengamat politik beranggapan bahwa
munculnya krisis Lebanon itu pada tahun 1975. Sebenarnya krisis ini telah
terjadi 135 tahun sebelumnya, sejak peperangan ‘yang sengaja dimunculkan’ antara Druze dan Maronit tahun
1840 yang kemudian berkembang pada tahun 1860 dan 1920 ketika munculnya negara
Lebanon Besar yang tujuannya adalah memecah belah kesatuan wilayah Islam.
Situasi negara tersebut bertambah parah pada tahun 1932 ketika terjadi Sensus
Penduduk yang dipalsukan, dengan menjadikan kaum Kristen sebagai mayoritas.
Merekalah yang merencanakan
pembantaian Shabra
dan Chatilla yang terjadi tahun 1983 dengan dukungan Israel.
Tujuannya tak lain adalah untuk mempertahankan pemerintah Kristen dan menggagalkan
usaha kaum muslimin untuk mengambil alih kekuasaan, serta menghancurkan kekuatan
Palestina agar tak mampu lagi memerangi Israel dan mengakui eksistensinya,
seperti yang telah direncanakan oleh Amerika dalam menyelesaikan krisis
Palestina. Rencana tersebut saat ini telah berhasil dengan diterimanya resolusi PBB No. 224 dan
358 oleh PLO.
Jelaslah, penyebab krisis
Lebanon ini adalah kebencian kaum kristen terhadap kaum muslimin di sana,
dan adanya keinginan untuk menghentikan perjuangan pembebasan palestina.
Orang-orang Kristenlah yang menyulut api peperangan pada tahun 1975 itu sehingga
kaum muslimin Lebanon dan Palestina tidak bisa menahan diri lagi menerima
penghinaan dan penganiayaan itu. Mereka bergerak dan mengangkat senjata untuk
melawan musuh.
Ada 17 golongan, baik Islam
maupun non-Islam di Lebanon. Di antaranya golongan Ahlus Sunnah
(690.000), Syi’ah
Ja’fariyah salah satu madzhab yang diakui oleh Islam (970.000),
dan Druze
(348.000) yang bermadzhab Ismailiyah dan telah keluar dari Islam karena percaya
bahwa Al-Hakim
Billah Al-Ubaidy yang menguasai Mesir antara tahun 386 – 411 H
adalah Tuhan. Kaum Druze ini juga percaya paham Reinkarnasi, suatu keyakinan bahwa ruh manusia akan menjelma
kembali ke tubuh binatang. Hari Akhir menurut mereka bukanlah Hari Kiamat
karena ruh manusia kekal sehingga tidak percaya pula dengan Hari Kebangkitan.
Mereka tidak percaya kepada Nabi-nabi dan menganggapnya sebagai orang-orang
bodoh. Syari’at Islam dan pokok-pokok keimanan ditolaknya dan tidak menganggap
Yahudi sebagai musuh. Bahkan mereka banyak duduk di Knesset
(parlemen) Israel dan ikut ibadah di gereja.
Selain itu terdapat golongan
Kristen Maronit
yang merupakan golongan kristen terbesar (469.000), Ortodoks
(230.000), Katholik
(213.000), dan Armenian (360.000). Disamping itu ada golongan Nushairiyah
(60.000) yang mempercayai Ali bin Abi Thalib sebagai tuhan dan merupakan golongan
syi’ah yang paling sesat dan telah keluar dari Islam. Aqidah Nushairiyah campur
baur dengan aqidah Majusi, Saba’ith, Nasrani, dll. Merekapun mempunyai
syari’at tersendiri yang berlainan sama sekali dengan syari’at Islam.
Semua golongan Kristen,
Druze dan Nushairiyah mengakui eksistensi Lebanon dan kekuasaan orang Maronit.
Ada juga golongan-golongan Islam yang mengakuinya, seperti Partai Walid Jumblat (Taqaddumil Isytirakiy), Partai Al-Qaumissuri,
Partai Ba’ats, dan seluruh Partai Komunis.
Diantara partai kristen yang
paling benci kepada Islam adalah partai Palangist, Milisi Hurrasul Arzah, Liwaa’ul Maradah,
Milisi Sa’ad Haddad di Lebanon Selatan. Strategi mereka adalah
mengusir kaum muslimin Palestina serta tentara Siria dari Lebanon. Di pihak
lain, ada partai-partai Islam yang mempunyai strategi berbeda-beda dalam
menyelesaikan krisis ini. Diantaranya Partai Najadah yang beranggapan
bahwa Lebanon adalah salah satu negara Arab dan pemerintahnya tidak boleh
berdasarkan fanatisme golongan; kepala negara boleh diangkat baik dari umat
Islam maupun Kristen.
Gerakan Jamaat Islamiyah
mengakui eksistensi Lebanon tetapi beranggapan bahwa kaum muslimin mempunyai
hak yang sama dengan kristen untuk menduduki jabatan tinggi, dan berhak libur
tiap Hari Jum’at dengan tetap menuntut diadakannya Sensus untuk membuktikan
bahwa umat Islam adalah mayoritas; disamping mereka berpendapat bahwa kaum
muslimin harus memiliki negara Islam.
Adapun partai Hizbut Tahrir
yang bergerak di beberapa daerah Timur Tengah, termasuk Lebanon, untuk
mengembalikan Khilafah Islam secara Internasional, berpendapat bahwa tidak ada
jalan lain untuk menyelesaikan krisis Lebanon ini kecuali dengan menggabungkan
Lebanon dengan Syiria (Suriah) dan menjadikan Syiria sebagai Khilafah Islam.
Dengan kata lain, Lebanon yang dulunya adalah wilayah Islam sebelah Barat Daya
Syiria harus digabungkan kembali kewilayah asal, yaitu Syam, dan memberi
jaminan hidup kepada kaum Kristen dengan adil dan aman sesuai dengan apa yang
digariskan Syariat Islam. Partai Politik Islam ini merupakan satu-satunya
partai Islam yang bergerak di bidang dakwah dengan tidak menggunakan kekuatan
bersenjata.
Ada pula gerakan Islam lain
misalnya Hizbullah
yang pro Iran dan ingin mendirikan negara Islam yang mirip dengan Iran. Mereka
berbeda dengan Amal Syiah yang diperalat oleh Amerika melalui Syiria
untuk memukul kekuatan Palestina dan menjinakkan kelompok-kelompok Palangist, gerakan Islam
Murabithin, dan Tauhid untuk kepentingan Syiria dan Amerika.
Pemerintah
Libanon runtuh pada Januari 2011 , ketika para menteri Hizbullah mengundurkan
diri dari kabinet untuk memprotes penolakan Perdana Menteri Hariri untuk
menolak pengadilan PBB yang menyelidiki pembunuhan tahun 2005 ayahnya , Rafik
Hariri . Pengadilan merilis sebuah dakwaan disegel kepada hakim yang diharapkan
untuk menyertakan anggota Hizbullah . Bahkan , Hizbullah mengatakan anggotanya
dimasukkan dalam dakwaan , namun terus menyangkal tanggung jawab atas
pembunuhan Hariri . Dua minggu setelah runtuhnya pemerintah , Hizbullah
memenangkan dukungan yang cukup di parlemen untuk membentuk pemerintahan baru
dengan Najib Mikati , seorang pengusaha miliarder , sebagai perdana menteri .
Mikati , seorang Sunni dan mantan perdana menteri , mengatakan meskipun ia
didukung oleh Hizbullah , Ia akan memerintah sebagai independen .
Pada
tanggal 22 Maret 2013, Perdana Menteri Najib Mikati mengundurkan diri sebagai
protes atas kegagalan parlemen untuk menyepakati bagaimana untuk mengawasi 2013
pemilu mendatang . Mikati juga tidak senang dengan penolakan Kabinet untuk
mempertimbangkan memperpanjang masa jabatan kepala polisi itu . Mikati
berbicara tentang tujuan kepergian dalam pidato yang disiarkan televisi . Dia
berkata , ” Hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintah , berharap
bahwa Insya Allah itu akan memberikan dorongan bagi blok-blok politik utama di
Lebanon untuk memikul tanggung jawab mereka. ”
Dua
blok politik utama Lebanon mendukung pihak yang berseteru terlibat dalam perang
sipil Suriah . Banyak yang mengkhawatirkan bahwa perang akan menyebar ke
Lebanon . Mikati tetap bertindak perdana menteri sampai Presiden Suleiman
menerima pengunduran dirinya dan perdana menteri baru dipilih .
Pada
tanggal 6 April 2013, Salam Tammam diminta untuk membentuk pemerintahan . Dari
128 anggota parlemen , 124 memilih Salam untuk menjadi perdana menteri
berikutnya . Salam adalah menteri kebudayaan 2008-2009 .
Lebanon merdeka tahun 1941 dari daerah mandat Perancis di Timur Tengah
BalasHapus