Sabtu, 29 Juni 2013

Dakwah Ciptakan Ukhuwa




          
 Pagi itu pukul 09.00 WITA, seorang pemuda terlihat begitu khusuk dalam melaksanakan sholat Duha di masjid Sabilulrasyid Kampus UNG (Maskam). Tertunduk, pasrah, dan rendah hati dalam tasbih. Setitik air membasahi pelupuk matanya, tanda bahwa ia begitu larut dalam kerinduan kepada sang ilahi. Setengah jam kemudian, ia bangkit dari tempat duduknya.
“subhanallah. . Akhi apa kabar? ” sapa seseorang dari belakang. Suara itu terdengar sangat ramah dan tak asing lagi. Lalu ia berbalik dan melihat siapa orang yang menyapanya tadi.
“Alhamdulillah baik. Antum bagaimana?” katanya sembari tersenyum dan menjabat tangan seseorang itu.
“Afwan, antum ini yang kemarin ikut Training Motivasi?” Tanya seseorang itu lagi.
“iya. Antum Said kan? Yang kemarin jadi MC? ” tanyanya dengan sedikit ragu.
“iya-iya. Antum Reza kan? Kalau tidak salah, yang pernah ikut lomba ceramah.” Tanya Said lagi.
“benar. Ana Reza” kata Reza dengan sedikit tertawa.
setelah perkenalan yang kedua kali itu usai, kedua pemuda tadi janjian untuk bertemu kembali di tempat yang  sama ba’dah Zuhur.
                                                            ***
Seusai menunaikan sholat Zuhur, kedua pemuda tadi bertamu.
“Assalamualaikum. Akhi, sudah lama menunggu?” Tanya Reza.
“wa’alaikumsalam. Belum juga, ayo duduk.”  Jawab Said sambil mempersilahkan  duduk kepada Reza.
“Terimkasih Akhi." Kata Reza.
kemudian kedua pemuda tersebut duduk di pojok bagian belakang sebelah kanan Maskam (Masjid Kampus), sambil bercengkrama mengeni kehidupan generasi sekarang.
“hmm, generasi muda kita jaman sekarang sudah luar biasa.” Kata Said sambil memandang dua orang anak kecil yang sedang membaca Al-quran di dalam Maskam.
“iya ya Akhi, andai saja hidayah ini datang sejak ana seumuran mereka, pasti orang tua ana tidak akan menanggungnbeban kehidupan seperti sekarang ini.” Kata Reza serius dengan tatapan yang tertuju pada kedua anak tadi. “kalau boleh tahu, selama ini antum kemana  saja? Dan bagaimana antum bisa seperti sekarang ini? Hmm.. antum jangan tersinggung ana tanya seprti ini. ” Tanya Said dengan hati-hati.
Sebelum menjawab pertanyaan dari Said, Reza menarik nafas panjang dengan kepala menengadah ke atas. Lalu mulai menjawab dengan cerita yang sedikit panjang.
“Dulu, waktu ana pertama mengenal SKI, ana tidak begitu tertarik. Setelah beberpa bulan, ana bertemu dengan seorang akhwat SKI. Waktu itu pertemuannya tidak di sengaja.”
1,5 tahun yang lalu. . . . .
Reza tengah asyik memilih belanjaanya di sebuah mini market, saat Reza berbalik dengan sedikit tergesah-gesah ia menabrak seorang wanita yang berkerudung panjang, berpakaian besar, dan sangat tertutup.
“maaf-maaf. . . . maaf ya. . . .”  kata Reza dengan terbata-bata.
“oh, iya lain kali, hati-hati.” Jawab wanita itu dengan datar. Lalu meninggalkan Reza yang masih berdiri di tempat itu.
“EH. . Tunggu!” kata Reza
“ada apa?” jawab wanita itu ketus tapi lembut.
“kamu akwhat SKI ya?” Tanya Reza, masih dengan posisi yang sama. Begitupun dengan wanita itu. Jadi, mereka berbicara tidak berhadapan, melainkan saling membelakangi.
“iya.” Jawab wanita itu singkat, padat, dan jelas.
“owh. . ok. Makasih ya, aku duluan.” Kata Reza sambil beranjak dari tempatnya.
Tanpa menjawab, wanita itupun pergi.
                                                                        ***
            Keesokannya, Reza mulai ikut kajian rutin yang dilaksanakan oleh SKI, entah angin apa yang merasuki tubuhnya. Setiap kajian Reza selalu melihat wanita yang bertemu dengannya di mini market. Mungkin, wanita itu yang membuat hatinya terdorong untuk bergabung dengan SKI. Saat itu Reza masih semester 1. Sore itu Reza tengah asyik berbincang dengan seorang kakak mentoringnya di dalam Maskam.
 “ka. . . seandainya kita suka sama seorang wanita. Terus kita melakukan atau mengikuti apa yang sering di lakukan oleh wanita itu, apakah sesuatu yang kita ikuti itu akan baik untuk kita dan di Ridhoi oleh Allah? ” Tanya Reza.
“semuanya tergantung pada niat kita.kalaupun niat kita mengikuti sesuatu karena ada factor pendorongnya dari luar, seperti karena wanita, kemungkinan besar sesuatu yang kita ikuti itu tidak akan berlangsung lama. Artinya, sesuatu itu akan kandas seiring menghilangnya faktor  pendorong tadi. Serta, berbicara masalah Ridho, itu semua kita serahkan saja pada Allah SWT. Iintinya, niat kita harus ikhlas. ” jawab kakak mentoring  tersebut.
setelah mendengarkan jawaban yang menurutnya cukup memuaskan , Reza melanjutkan pembicaraan.
“hmm, syukron atas jawabannya ka.” Kata Reza.
“baiklah. Kalau begitu kita cukupkan sampai disini pertemuan hari ini. Mari kita tutup dengan doa penutup majelis.” Kata kakak mentoringnya.
                                                                        ***
            Dua bulan sudah Reza bergabung dalam SKI. Semuanya berjalan dengan lancar. Pada hari ini, tepatnya hari selasa SKI mengedakan pertemuan dalam rangka memperkuat silaturahmi, persaudaraan diantara mereka, sekaligus ada hal penting yang akan dibicarakan.
            Pagi itu , semua anak-anak SKI sudah berkumpul di Gedung Serba Guna (GSG) UNG. Dalam mempererat tali persaudaraan mereka, maka diadakan lomba kecil-kecilan seperti Tilawatil Quran, lombah ceramah, baca dan cipta puisi, serta menulis kaligrafi. Kegiatan tersebut berlangsung ramai, Reza merupakan salah seorang peserta dalam lombah ceramah. Kegiatan  ditunda pada saat sholat Zuhur, dan ba’dah Zuhur dilanjutkan kembali dengan pengumuman pemenang lombah. Memang sangat singkat, dan tentunya tidak mudah dalam menentukan pemenang lombah hanya dalam waktu satu hari. Namun, hal itu terasa mudah karena para jurinya orang-orang yang sudah berpengalaman dibidangnya masing-masing.
            Tepat pada pukul 14.00, MC mulai membacakan para pemenang, salah satu yang menjadi MC adalah Said. Ternyata Reza mendapatkan juara 1 dalam lombah ceramah dengan judul “Membangun Remaja Berakhlak di awali dengan Tauhid”.

 Disitulah Reza dan Said saling mengenal, namun belum terlalu akrab seperti  sekarang ini. Semenjak pertemuan awal itu, Reza sudah tidak bertemu Said. Nanti pada satu setengah tahun kemudian, bertemu saat ikut Training Motivasi.
            Kegiatan telah selesai. Namun, tiba-tiba ada pengumuman dari ketua panitia pelaksana.
“Afwan, mohon minta waktunya sebentar. Disampaikan pada ikhwan dan ikhwat SKI agar sebentar malam hadir di rumah ukhti Sarah, dalam rangkah pelaksanaan akad Nikahnya, bersama Al Ustadz Rahmad Ismail. Bagi, teman-teman yang tidak tahu alamat rumahnya, sebentar ba’dah Isya kita berkumpul di Maskam dan sama-sama pergi ke rumah beliau sekaligus memberi doa restu. Sekian, terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb”.
            Setelah mendengar pengumuman yang disampaikan ketua PANPEL, Reza bertanya kepada salah satu temannya.
“Ukhti Sarah itu yang mana?” Tanya Reza
“yang kemarin antum bilang mirip. Sazkia Adya Mecca.” Jawab temanya.
BRUUK!!! Jawaban dari temannya itu ternyata bagaikan petir menyambar seketika di kapala Reza. Tubuhnya lemas. Semangatnya hilang, kemenangan hari ini hancur bersama dengan kehancuran hasilnya, kecewa menyelimuti senyumnya yang begitu pahit. Rasanya kaki Reza sudah tidak berpijak di atas tanah lagi. Jujur dari dalam hati, ia kecewa perasaannya hancur , ternyata faktor pendorongnya untuk masuk SKI sudah di menangkan oleh orang lain. Ternyata selama ini ia telah jatuh hati pada wanita itu. Wanita yang tak pernah di kenalnya meskipun hanya nama. Dan disaat ia mengenal nama wanita itu, saat itu pula ia harus kehilangan. Yang menyakitkan lagi, ia baru menyadari perasaannya setelah ia kehilangan.
                                                            ***
            Malam itu, Reza tidak ikut bersama dalam menghadiri akad Nikah ukhti Sarah. Ia hanya mendoakan dari jauh, agar supaya menjadi keluarga sakina, mawaddah, warohma. Sebagaimana yang ia lakukan selama ini, mendoakan wanita itu dari jauh agar selalu     dalam lindungan Allah SWT.
            Esoknya, Reza memutuskan untuk pulang kampung. Tanpa berpamitan dengan teman-teman SKI, apalagi teman-teman sekelasnya di kampus. Reza memutuskan untuk cuti selama satu semester. Selama berada di kampung. Reza hanya melamun, dia benar-benar telah kehilangan keseimbangan jiwa. Hal ini membuat kedua orang tuanya bingung. Padahal orang tuanya sudah mengorbankan apapun yang dimiliki mereka  demi melanjutkan studi Reza. Hingga orang tuanya, sekarang hanya memiliki harta seadanya, dan harus hemat agar tidak kehabisan. Kekecewaan Reza ini tidak hanya melukai dirinya, tetapi juga telah melukai kedua orang tuanya dan  membuat kedua orang tuanya harus menanggung beban berat dalam hidup. Keadaan semakin genting hingga menyadarkan Reza bahwa tindakannya ini sudah merugikan dirinya dan orang tuanya. 
            Enam bulan kemudian Reza kembali ke Gorontalo, untuk melanjutkan studinya yang tertunda. Reza bertekat untuk menebus semua kesalahan terbodohnya ini. Ia, bekerja keras, untuk membiayai kuliahnya. Ia bukan lagi anak manja yang selalu mengharapkan  orang tua. Ia telah menjadi anak mandiri. Dan bertekad tidak ingin patah hati. Jika suatu saat, Allah mengirimkan jodoh untuknya, tak ragu lagi untuk meminang wanita tersebut.
            Enam bulan tersebut Reza belum langsung datang menemui teman-teman SKI. Nanti pada enam bulan kemudian ia muncul dengan status yang berbeda. Kalau dulu ia adalah Reza si anak manja, tapi sekarang ia adalah Reza yang mendiri. Telah sukses dalam mendirikan wirausaha kreativitas mahasiswa dalam waktu satu tahhun belakangan ini. Reza pertama kali hadir dalam Treaning Motivasi yang di laksanakan oleh SKI. Disitulah ia kembali bertemu dengan teman-temanya. Memulai semua dari awal lagi.
                                                                        ***
 Setelah mendengar cerita Reza yang mengharu biru penuh cobaan, Said sangat kagum.
“Subhanallah, kisah antum ini membawa hikma tersendiri buat ana. Jadi bagaimana rencana kedepan? Apakah ingin bersama-sama lagi dengan SKI?” Tanya Said dengan penuh semangat.
“insya Allah akhi. Kalau dulu ana bergabung karena ada factor pendorong dari luar, tapi sekarang ana bergabung karena faktor pendorong dari dalam. Dari hati, dan insya Allah tulus dan ikhlas karena Allah SWT, dengan niat untuk Dakwa” jawab Reza.
“Alhamdulillah, pokoknya antum harus yakin, antum pasti bisa. Kita semua sama-sama belajar, sama-sama melangkah dalam Dakwa, dan mempererat ukhwa diantara kita” kata Said dengan Motivasi yang membangun.
“Iya Akhi. Ana juga merasa, teman-teman SKI sudah seperti keluarga. Disaat ana jauh, ana slalu merasa harus kembali lagi. Kembali bersama dalam meniti jalan berbatu. Mempererat tali persaudaraan di jalan Dakwa.” Jawab Reza dengan senyum semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar