Indonesia adalah Negara yang memiliki
aneka ragam budaya, bahasa, suku, dan juga agama yang tersebar di seluruh
kepulauan Indonesia. Ketika berbicara mengenai Agama, ada empat agama yang
masing-masing mempunyai perjalanan sejarah yang mampu membawa pengaruh dan
perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah agama
Islam, yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Bila dilihat kembali
kilas balik penyebaran Islam di Indonesia, disetiap daerah memiliki keunikan
atau perbedaan masing-masing. Ketika Islam masuk pada daerah yang belum
memiliki sistem kerajaan, maka masuknya islam di daerah tersebut akan di tandai
dengan adanya kerajaan islam, seperti kerajaan islam pertama di daerah Sumatera,
Samudera Pasai. Apabila daerah tersebut telah mempunyai sistem kerajaan, maka
yang akan berpengaruh besar dalam proses islamisasi adalah rajanya. Karena
ketika seorang raja telah menganut agama Islam, maka dengan sendirinya rakyat
pun ikut menganut agama tersebut, karena pada zaman itu raja dianggap memiliki
karisma. Sehingga lahirlah yang namanya kerajaan islam, seperti kerajaan Demak,
yang ada di pulau Jawa.
Masuk islamnya berbagai suku bangsa di
kepulauan Indonesia ini tidak berlangsung dengan jalan yang sama. Begitulah
anggapan umum, legenda orang suci dan cerita mengenai para penyebar agama islam
dan tanah asal-usul mereka sangat beragam[1]. Demikian pula halnya ketika Islam masuk
pertama kali di Gorontalo mempunyai cara dan keunikannya sendiri.
Ada beberapa jalur penyebaran Islam yang
tentunya menjadi salah satu pendukung dalam islamisasi di Indonesia, beberapa
jalur yang ditempuh tersebut adalah perdagangan dan pernikahan. Selain dua hal
itu, pengembangan islam selanjutnya yaitu setelah adanya para ulama di
Indonesia, maka terjadilah pengembangan islam dengan dakwah. Dalam pengembangan
Islam melalui dakwah ini berjalan melalui dua pola, yaitu pertama pengembangan islam yang dilakukan oleh para ulama dengan
mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
sosial-budaya. Kedua penyebaran dan
pengembangan Islam dengan menggunakan lembaga pendidikan yang didirikan para
ulama. Dan yang ketiga di Jawa
penyebaran awal islam dilakukan oleh para ulama yang dikenal Wali Songo, salah
satunya Sunan Ampel[2].
Adapun keunikan awal masuknya Islam di
Gorontalo adalah melalui perkawinan. Namun bukan pernikahan yang dilakukan oleh
pedagang muslim yang datang ke Gorontalo lalu meminang penduduk asli Gorontalo,
seperti yang terjadi di Sumatera. Tetapi, pernikahan yang terjadi adalah antara
Raja Amai dengan Owutango, putri raja Palasa yang memang sudah lebih dulu
memeluk agama Islam. Proses peng-Islaman Raja Amai dimulai dari kunjungannya
untuk memperkuat hubungan kerja sama dengan kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini.
Di kerajaan Palasa, Raja Amai terpikat dan kemudian melamar Putri Owutango.
Setelah disepakati dalam kerajaan Palasa, akhirnya lamaran Raja Amai diterima
dengan suatu syarat hurus memeluk Islam dan begitupula secara langsung adat
istiadat yang berlaku pada masyarakat Gorontalo harus bersumber pada Al-Quran[3].
Setelah pelaksanaan perkawinan, Raja
Amai kembali ke Gorontalo bersama istrinya Owutango dan didampingi raja-raja
kecil di bawah vassal Palasa yaitu Tamalate, Lemboo, Siyendeng, Hulangato,
Siduan, Sipayo, Soginti, dan Bubuyo. Kedatangan raja Amai dan 8 para pembesar
kerajaan Palasa ke Gorontalo disambut baik oleh para pembesar kerajaan
Gorontalo. Mereka diberikan lokasi permukiman tersendiri oleh raja Amai di
daerah Hunto (kelurahan Biawu, kecamatan Kota Selatan sekarang). Di daerah tersebut
juga didirikan sebuah tempat ibadah yang disebut Tihi Lo Hunto (Masjid Sultan Amai sekarang). Bangunan inilah
menjadi pusat kegiatan pendidikan dan kebudayaan islam bagi masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan berupa dakwah dan tablig tentang
keagamaan-kemasyarakatan dalam hubungan dunia dan akhirat. Demikian pula dalam
aktifitasnya mulai memeperkenalkan dan mengembangakan prinsip adat dan
kebiasaan yang berlaku pada kerajaan dengan cara ajaran Islam, sehingga adat
memegang peranan penting dalam saluran islamisasi. Pada tahun 1530 agama Islam
secara resmi menjadi agama kerajaan dan mengatur adat istiadat dengan
memasukkan pengaruh islam di dalamnya.[4]
Begitulah perjalanan sejarah saat pertama kali masuk ke Gorontalo.
Sebagaimana yang terdapat di kepulauan
lain yang ada di Indonesia, seperti Sumatera dan pulau Jawa, masing-masing
daerah tersebut memiliki tokoh penyebar ajaran Islam. Bila di pulau Jawa
dikenal yang namannya Wali Songo. Kalau di Gorontalo dikenal dengan sebutan
Aulia[5].
Wali yang dikenal di pulau Jawa selain sebagai penyebar ajaran Islam juga
sebagai Raja, begitupula di Gorontalo. Sebgaimana yang kita ketahui bahwa pada
saat itu Raja memiliki karisma yang kuat sehingga mampu mempengaruhi rakyatnya,
ketika Raja memeluk Islam, maka rakyat pun akan berbondong-berbondong mengikuti
keyakinan yang dianut sang Raja.
Salah satu Aulia yang ada di Gorontalo
yang sekaligus pembesar salah satu kerajaan di Gorontalo, yaitu kerajaan
Bolango, yang dipimpin oleh Ibrahim Duawulu, atau yang sangat dikenal dengan
sebutan Hubulo. Bila mendengar nama Sultan Amai, sebagai pelopor masuknya Agama
Islam di Gorontalo, mungkin sudah tidak asing lagi. Karena beliau termasuk
tokoh yang terkenal di Gorontalo. Namun, ketika orang mendengar nama Ibrahim
Duwawulu, sebgaian besar bertanya-tanya siapa beliau?
Ibrahim Duawulu merupakan salah satu
Aulia yang ada di Gorontalo dan juga sebagai Raja Bolango, yang kepemimpinannya
dari tahun 1752 sampai dengan 1772. Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, dapat
dilihat seberapa besar peran Ibrahim Duawulu dalam penyebaran Islam di
Gorontalo, terlebih ketika itu Gorontalo sudah dimasuki oleh imperialisme
Belanda dengan memanfaatkan kekuasaan Ternate dalam menundukkan Raja dan Rakyat
Gorontalo (1705). Hubulo atau panggilan akrab terhadap Ibrahim Duawulu oleh
rakyatnya, bila di kalangan penjajah Belanda beliau dikenal dengan sebutanVan
Gobel. Sehingga dua sebutan dalam satu nama, Hubulo dan Gobel menyebabkan
masyarakat kurang mengenal nama Ibrahim Duwawulu. Padahal Raja Bolango ini
dikenal sebagai sosok yang sangat getol untuk meyebarkan ajaran islam di
daratan Gorontalo. Sampai dengan sekarang
Gobel telah menjadi marga paling besar yang ada di Gorontalo.
[1]
H.J De Graaf dans TH. Pigeaud. 2003. Kerajaan
Islam Pertama Di Jawa. Jakarta: Grafiti. Hal. 20.
[2]
Yusni Pakaya. 2012. Sejarah Indonesia
sampai dengan 1500 M. Yogyakarta: Interpena. (hal. 79-83)
[3]
Basri Amin dan Hassanudin. 2012. Gorontalo
Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial. Yogyakarta: Ombak (Hal. 23)
[4] Ibid, Hal. 24-25
[5]
Arkeologi.web.id. Raja Bolango Yang Juga
Tokoh Penyebar Syiar Islam. (Diakses pada 29-11-2014. Pkl 20.18 wita)