Selasa, 17 Maret 2015

Ibrahim Duawulu sebagai Hubulo dan Juga Van Gobel Di Gorontalo

Indonesia adalah Negara yang memiliki aneka ragam budaya, bahasa, suku, dan juga agama yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Ketika berbicara mengenai Agama, ada empat agama yang masing-masing mempunyai perjalanan sejarah yang mampu membawa pengaruh dan perubahan besar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah agama Islam, yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Bila dilihat kembali kilas balik penyebaran Islam di Indonesia, disetiap daerah memiliki keunikan atau perbedaan masing-masing. Ketika Islam masuk pada daerah yang belum memiliki sistem kerajaan, maka masuknya islam di daerah tersebut akan di tandai dengan adanya kerajaan islam, seperti kerajaan islam pertama di daerah Sumatera, Samudera Pasai. Apabila daerah tersebut telah mempunyai sistem kerajaan, maka yang akan berpengaruh besar dalam proses islamisasi adalah rajanya. Karena ketika seorang raja telah menganut agama Islam, maka dengan sendirinya rakyat pun ikut menganut agama tersebut, karena pada zaman itu raja dianggap memiliki karisma. Sehingga lahirlah yang namanya kerajaan islam, seperti kerajaan Demak, yang ada di pulau Jawa.
Masuk islamnya berbagai suku bangsa di kepulauan Indonesia ini tidak berlangsung dengan jalan yang sama. Begitulah anggapan umum, legenda orang suci dan cerita mengenai para penyebar agama islam dan tanah asal-usul mereka sangat beragam[1].  Demikian pula halnya ketika Islam masuk pertama kali di Gorontalo mempunyai cara dan keunikannya sendiri.
Ada beberapa jalur penyebaran Islam yang tentunya menjadi salah satu pendukung dalam islamisasi di Indonesia, beberapa jalur yang ditempuh tersebut adalah perdagangan dan pernikahan. Selain dua hal itu, pengembangan islam selanjutnya yaitu setelah adanya para ulama di Indonesia, maka terjadilah pengembangan islam dengan dakwah. Dalam pengembangan Islam melalui dakwah ini berjalan melalui dua pola, yaitu pertama pengembangan islam yang dilakukan oleh para ulama dengan mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial-budaya. Kedua penyebaran dan pengembangan Islam dengan menggunakan lembaga pendidikan yang didirikan para ulama. Dan yang ketiga di Jawa penyebaran awal islam dilakukan oleh para ulama yang dikenal Wali Songo, salah satunya Sunan Ampel[2].
Adapun keunikan awal masuknya Islam di Gorontalo adalah melalui perkawinan. Namun bukan pernikahan yang dilakukan oleh pedagang muslim yang datang ke Gorontalo lalu meminang penduduk asli Gorontalo, seperti yang terjadi di Sumatera. Tetapi, pernikahan yang terjadi adalah antara Raja Amai dengan Owutango, putri raja Palasa yang memang sudah lebih dulu memeluk agama Islam. Proses peng-Islaman Raja Amai dimulai dari kunjungannya untuk memperkuat hubungan kerja sama dengan kerajaan-kerajaan di Teluk Tomini. Di kerajaan Palasa, Raja Amai terpikat dan kemudian melamar Putri Owutango. Setelah disepakati dalam kerajaan Palasa, akhirnya lamaran Raja Amai diterima dengan suatu syarat hurus memeluk Islam dan begitupula secara langsung adat istiadat yang berlaku pada masyarakat Gorontalo harus bersumber pada Al-Quran[3].
Setelah pelaksanaan perkawinan, Raja Amai kembali ke Gorontalo bersama istrinya Owutango dan didampingi raja-raja kecil di bawah vassal Palasa yaitu Tamalate, Lemboo, Siyendeng, Hulangato, Siduan, Sipayo, Soginti, dan Bubuyo. Kedatangan raja Amai dan 8 para pembesar kerajaan Palasa ke Gorontalo disambut baik oleh para pembesar kerajaan Gorontalo. Mereka diberikan lokasi permukiman tersendiri oleh raja Amai di daerah Hunto (kelurahan Biawu, kecamatan Kota Selatan sekarang). Di daerah tersebut juga didirikan sebuah tempat ibadah yang disebut Tihi Lo Hunto (Masjid Sultan Amai sekarang). Bangunan inilah menjadi pusat kegiatan pendidikan dan kebudayaan islam bagi masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan berupa dakwah dan tablig tentang keagamaan-kemasyarakatan dalam hubungan dunia dan akhirat. Demikian pula dalam aktifitasnya mulai memeperkenalkan dan mengembangakan prinsip adat dan kebiasaan yang berlaku pada kerajaan dengan cara ajaran Islam, sehingga adat memegang peranan penting dalam saluran islamisasi. Pada tahun 1530 agama Islam secara resmi menjadi agama kerajaan dan mengatur adat istiadat dengan memasukkan pengaruh islam di dalamnya.[4] Begitulah perjalanan sejarah saat pertama kali masuk ke Gorontalo.
Sebagaimana yang terdapat di kepulauan lain yang ada di Indonesia, seperti Sumatera dan pulau Jawa, masing-masing daerah tersebut memiliki tokoh penyebar ajaran Islam. Bila di pulau Jawa dikenal yang namannya Wali Songo. Kalau di Gorontalo dikenal dengan sebutan Aulia[5]. Wali yang dikenal di pulau Jawa selain sebagai penyebar ajaran Islam juga sebagai Raja, begitupula di Gorontalo. Sebgaimana yang kita ketahui bahwa pada saat itu Raja memiliki karisma yang kuat sehingga mampu mempengaruhi rakyatnya, ketika Raja memeluk Islam, maka rakyat pun akan berbondong-berbondong mengikuti keyakinan yang dianut sang Raja.
Salah satu Aulia yang ada di Gorontalo yang sekaligus pembesar salah satu kerajaan di Gorontalo, yaitu kerajaan Bolango, yang dipimpin oleh Ibrahim Duawulu, atau yang sangat dikenal dengan sebutan Hubulo. Bila mendengar nama Sultan Amai, sebagai pelopor masuknya Agama Islam di Gorontalo, mungkin sudah tidak asing lagi. Karena beliau termasuk tokoh yang terkenal di Gorontalo. Namun, ketika orang mendengar nama Ibrahim Duwawulu, sebgaian besar bertanya-tanya siapa beliau?
Ibrahim Duawulu merupakan salah satu Aulia yang ada di Gorontalo dan juga sebagai Raja Bolango, yang kepemimpinannya dari tahun 1752 sampai dengan 1772. Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, dapat dilihat seberapa besar peran Ibrahim Duawulu dalam penyebaran Islam di Gorontalo, terlebih ketika itu Gorontalo sudah dimasuki oleh imperialisme Belanda dengan memanfaatkan kekuasaan Ternate dalam menundukkan Raja dan Rakyat Gorontalo (1705). Hubulo atau panggilan akrab terhadap Ibrahim Duawulu oleh rakyatnya, bila di kalangan penjajah Belanda beliau dikenal dengan sebutanVan Gobel. Sehingga dua sebutan dalam satu nama, Hubulo dan Gobel menyebabkan masyarakat kurang mengenal nama Ibrahim Duwawulu. Padahal Raja Bolango ini dikenal sebagai sosok yang sangat getol untuk meyebarkan ajaran islam di daratan Gorontalo. Sampai dengan sekarang  Gobel telah menjadi marga paling besar yang ada di Gorontalo.

[1] H.J De Graaf dans TH. Pigeaud. 2003. Kerajaan Islam Pertama Di Jawa. Jakarta: Grafiti. Hal. 20.
[2] Yusni Pakaya. 2012. Sejarah Indonesia sampai dengan 1500 M. Yogyakarta: Interpena. (hal. 79-83)
[3] Basri Amin dan Hassanudin. 2012. Gorontalo Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial. Yogyakarta: Ombak (Hal. 23)
[4] Ibid, Hal. 24-25
[5] Arkeologi.web.id. Raja Bolango Yang Juga Tokoh Penyebar Syiar Islam. (Diakses pada 29-11-2014. Pkl 20.18 wita)

Sabtu, 14 Maret 2015

MyPlanning

Bismillahirohmanirohim





2015


Paling cepat Juni 2015
Paling lambat september 2015


Hasil gambar untuk ipk 3.5

Sebagai mahasiswa yang hanya bermodalkan beasiswa, aku punya target mengejar IP akhir dengan angka minimal "3,50".


Hasil gambar untuk HAFALAN JUZ 30

Khatam Hafalan Juz 30 (Juz Amma)



Hasil gambar untuk menulis cerpen rutin

Menulis cerpen secara rutin (2x sebulan)
"Semoga Rezki Desmita menjadi penulis cerpen Indonesia." Aamiin ya Rabb